Sebanyak 1215 peserta mengikuti Ujian Masuk UGM Computer Based Test (CBT) di Medan pada 30 Mei – 1 Juni 2024. Tes yang berlangsung selama 3 hari ini bertempat di Aula Raja Inal Siregar, Kompleks Kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan. Ada sekitar 804 peserta mengikuti Tes UM UGM CBT untuk kelompok Saintek. Lalu 411 lainnya mengikuti tes kelompok Soshum.
Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Sc., Ph.D mengatakan bahwa pelaksanaan UM UGM CBT di Medan ini sebagai upaya UGM untuk memberikan kemudahan bagi para calon mahasiswa yang berada di wilayah Sumatera Utara untuk mengikuti Tes UM UGM CBT ini. ”Kami ingin menjangkau calon-calon mahasiswa di seluruh Indonesia bisa mengikuti tes seleksi UGM tanpa hambatan jarak. Jadi kami mendekatkan diri, agar tes bisa dijangkau oleh putra-putri daerah di wilayah Medan dan sekitarnya”, ungkapnya.
Menurut Gandes, selain kedekatan secara geografis, pelaksanaan tes di beberapa daerah ini juga sebagai wujud keterbukaan UGM untuk memberikan akses pendidikan seluas-luasnya kepada seluruh anak bangsa dari seluruh penjuru Indonesia. Ditambahkan Gandes, hasil pantuan data dari 5 Kabupaten dengan peserta terbanyak yang mengikuti UM UGM CBT sebanyak 505 orang berasal dari Kota Medan. Ada pula yang datang dari Kabupaten Deli Serdang (98), juga Kota Pematang Siantar (58), dan Kabupaten Karo (35), serta Kabupaten Samosir (32) dan sisanya, peserta yang berasal dari kabupaten lainnya di Medan.
Medan menjadi salah satu lokasi tes UM UGM CBT di luar jawa, selain Pekanbaru, Balikpapan, Kupang dan Makassar. ”Pelaksanaan Tes UM UGM CBT dengan menggandeng Kagama setempat”, ungkap Dr. Medi, M.Kom., Penanggungjawab Lokasi UM UGM CBT Medan. ”Aula Raja Inal Siregar dipilih karena kapasistasnya yang besar (bisa menampung 500 peserta). Ini sudah berjalan bertahun-tahun bahwa kegiatan UM UGM CBT di Sumatera Utara dilaksanakan di aula ini, selain kerjasama yang telah terbangun secara apik antara Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dengan Kagama Medan” tambahnya.
Peserta UM UGM CBT mengikuti tes Kemampuan Dasar Umum yang meliputi Matematika Dasar, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dilanjutkan dengan Tes Kemampuan Dasar Umum Potensi. Sesuai dengan pilihan kelompok ujian, masing-masing juga mengikuti Tes Kemampuan Akademik Matematika IPA, Fisika dan Kimia untuk Kelompok Ujian Saintek, sedangkan Kelompok Ujian Soshum, mengerjakan Tes Kemampuan Akademik, Ekonomi, Sosiologi dan Sejarah.
Pemantuan peserta tes UM UGM CBT dilakukan secara ketat oleh petugas sesuai prosedur yang sudah ditetapkan. Menurut Medi, pengamanan pelaksanaan ujian dibagi menjadi pengamanan Peralatan, Dokumen dan Peserta Ujian. ” Untuk pengamanan peralatan, kami tempatkan di ruang khusus yang disegel dan dijaga oleh Tim Kemanan Kantor Gubernur. Lalu semua Tim Panitia, Pengawas, Teknisi Ruang, Teknisi Jaringan, Koordinator wajib menggunaan kartu pengenal. Pemeriksaan peserta dilakukan dengan screening menggunakan metal detector dan terpantau CCTV”, tambah Medi. Peserta juga tidak diijinkan membawa tas, jam tangan, handphone, selain alat tulis yang digunakan untuk tes. Pengerjaan tes dilakukan secara online menggunakan tablet yang disediakan oleh Panitia.
Keisha Simatupang, salah satu peserta UM UGM CBT asal SMA Negeri 1 Medan mengaku terbantu dengan adanya Tes UM UGM CBT di Medan. ”Sangat membantu karena tidak perlu jauh-jauh ke Jogja”, ungkapnya. ”Menurut saya jaringan untuk tes juga sangat bagus, tidak ngelag-ngelag”, katanya. Keisha yang berminat masuk di Program Studi Hubungan Internasional sebagai pilihan pertama dan Program Studi Ilmui Komuniksi sebagai pilihan kedua ini berharap bisa diterima di UGM meskipun menurutunya soal ujian yang dikerjakan tidak mudah.
Sama halnya dengan Keisha Simatupang, peserta UM UGM CBT asal SMA Santo Thomas 2 Medan, Frans Vasqualito Purba juga merasa lebih dekat mengikuti Tes UM UGM CBT di kotanya, Medan. Selain itu, menurutnya sarana dan prasarana saat tes pun cukup lancar dan sangat membantu. ”Fasilitas-fasilitas yang disediakan cukup memadai untuk mengerjakan ujian-ujian yang ada”, ungkapnya. Peserta yang memilih program studi Teknik Sipil untuk pilihan pertama dan Arsitektur untuk pilihan kedua ini mengaku dapat mengerjakan setiap soal, ”Kalau soalnya masih tergolong bisa dikerjakan, meskipun ada beberapa materi yang mungkin saya belum paham, tapi saya bisa mengerjakan”, ungkapnya.
Penulis: B. Diah Listianingsih