Kecintaannya pada budaya dan bahasa membawa Xie Chen Lie, wisudawan asal China menjalani pendidikan hingga jenjang doktor di Universitas Gadjah Mada. Meskipun bukan perjalanan yang mudah, namun Xie Chen Lie berhasil membuktikannya. Wisudawan terbaik Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora FIB UGM ini telah menunjukkan bahwa ketekunan dan dedikasi dapat mengantarkan seseorang mencapai tujuan besar dalam hidupnya.
Keputusannya untuk menempuh studi doktor di UGM bukanlah tanpa alasan. Xie Chen Liu memiliki latar belakang pendidikan yang berakar kuat pada bidang humaniora. Dengan modal gelar sarjana Bahasa Indonesia dari Guangxi University of Foreign Languages di Tiongkok, serta mengantongi ijazah Magister Linguistik di UGM, ia ingin melanjutkan eksplorasi akademiknya di tingkat yang lebih tinggi pada Program Doktor Ilmu-Ilmu Humaniora, Fakultas Ilmu Budaya UGM. Baginya, Bahasa Indonesia bukan sekadar mata pelajaran, tetapi telah menjadi bagian dari jiwanya.
Sejak tahun 2008, Xie Chen Liu telah mempelajari Bahasa Indonesia pada masa kuliah dan sejak itu pula ia mendalami bidang ini selama hampir 20 tahun. Hingga kini menjadi dosen Bahasa Indonesia di Guangxi University of Foreign Languages di Tiongkok. Dedikasinya dalam mengaungkan penyebaran bahasa dan budaya Indonesia menjadi salah satu alasan utama Xie Chen Liu ingin memperdalam ilmunya di UGM.
Dalam disertasinya berjudul ”Mengungkap Slang Bahasa Mandarin di Internet” sebagai syarat kelulusan Program Doktor, ia memfokuskan penelitiannya pada penggunaan slang bahasa Mandarin di internet dalam kurun waktu 2013 hingga 2023. Dengan menganalisis berbagai aspek seperti proses pembentukan, makna, asal-usul, serta fungsi komunikatif dan faktor sosial slang, disertasi ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika bahasa dalam komunikasi digital.
Ia mengidentifikasi berbagai proses pembentukan slang, seperti penghilangan, penyingkatan, pembalikan, reduplikasi, dan pemanjangan. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap bagaimana slang berfungsi sebagai identitas kelompok, alat komunikasi yang lebih ringkas, serta media untuk memperkaya bahasa.
Menempuh studi doktor selama tiga tahun memberikan tantangan tersendiri bagi Xie Chen Liu. Tantangan terbesarnya adalah menyelesaikan disertasi dengan baik. Dengan komitmen tinggi, ia menerapkan strategi sederhana namun efektif atas saran promotornya. ” Dalam menulis disertasi, cukup menulis dua halaman setiap hari”, ungkap Xie Chen Liu menirukan nasehat promotornya. Ketekunan ini membantunya menyelesaikan lebih dari 300 halaman dalam sembilan bulan. Dan berhasil lulus dengan IPK 3,72 dengan predikat sangat memuaskan.
Selain tantangan akademik, tantangan personal juga muncul. Selama lima bulan terakhir masa studinya, ia harus tinggal di kampus untuk mempersiapkan ujian disertasi, sementara ketiga anaknya, salah satunya masih bayi, harus berpisah darinya. Kesulitan ini ia atasi dengan melakukan komunikasi yang baik dengan keluarga serta tetap menjaga fokus dan keseimbangan melalui olahraga.
Meskipun tidak dapat menghadiri wisuda karena harus kembali ke Tiongkok untuk melanjutkan tugas mengajarnya, Xie Chen Liu tetap merasa bangga atas pencapaiannya. Kini, ia berfokus pada penyebaran budaya Indonesia di negaranya dan berharap semakin banyak orang Tiongkok mengenal, menyukai, dan mencintai Indonesia.
Perjalanan akademik Xie Chen Liu bukan hanya tentang memperoleh gelar doktor, tetapi juga tentang dedikasinya sebagai jembatan budaya antara Indonesia dan Tiongkok. Dengan semangat yang ia bawa, ia menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tidak hanya menekuni bidang akademik, tetapi juga menjadikan ilmu sebagai alat dalam mempererat hubungan antarbangsa.
Mottonya dalam hidup, “Orang yang hebat bukanlah orang yang pintar, tetapi orang yang tekun,” mencerminkan semangatnya dalam menghadapi tantangan akademik dan kehidupan.
Penulis: B. Diah Listianingsih