Bagi Hadzami, sapaan akrab mahasiswa program studi MIPA UGM angkatan 2021 ini, menjadi seorang engineer hebat, tidak hanya dinilai dari keterampilan coding saja, tetapi juga dari cara berpikir kritis menyelesaikan masalah, merencanakan eksekusi, serta memahami alasan di balik pemilihan solusi hingga kemampuan mengomunikasikan solusi tersebut kepada engineer lain. Dan kemampuan itu hanya bisa diperoleh melalui pengalaman di dunia kerja. Inilah yang memotivasi Achmad Hadzami Setiawan menjalani magang di PT Gojek Indonesia melalui program MSIB Batch 6 yang diselenggarakan oleh Dikrektorat Jenderal Pendidikan Tinggi selama 4,5 bulan, mulai dari 14 Februari hingga 30 Juni 2024.
Hadzami menyadari bahwa teori yang didapatkan di bangku perkuliahan tidak cukup untuk mempersiapkan dirinya memulai karir baru, terutama di era persaingan kerja, pasca maraknya PHK. Menguasi ilmu praktikal menjadi sangat penting bagi Hadzami, yang salah satunya bisa didapatkan melalui program magang MSIB. ”Saya memilih PT Gojek Indonesia karena ini salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara, yang saya yakini akan memberikan pengalaman berharga dan menambah portofolio saya” ungkapnya disela-sela kuliah.
”MSIB atau Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat merupakan program persiapan karier yang komprehensif, yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di luar program studi dengan jaminan konversi SKS yang diakui perguruan tinggi”, ungkap Bondan Wijanarko, S.I.P., M.Sc., Koordinator Bidang Pembelajaran Lintas Disiplin, Direktorat Pendidikan dan Pengajaran. Menurutnya program MSIB batch 6 ini diselenggarakan pada semester Genap TA 2023/2024. Jumlah pesertanya terus meningkat tiap batch. Kali ini ada 1055 mahasiswa yang terjun magang di batch 6.
Selama magang, mahasiswa yang punya segudang pengalaman internship dan pengalaman teknis di banyak proyek ini ditempatkan di tim GoCorp, yang merupakan layanan B2B (Business to Business) dari PT Gojek Indonesia untuk mengelola pengeluaran dan reimbursement perusahaan yang terintegrasi dengan aplikasi Gojek. Sebagai Software Engineer Intern, tugasnya cukup bervariasi, mulai dari mengembangkan API internal untuk tim bisnis, mengintegrasikan layanan GoCorp dengan Salesforce, mengidentifikasi tech debt serta merencanakan dan menerapkan solusi untuk masalah tersebut, bahkan mengelola dan merencanakan migrasi aplikasi GoCorp dari infrastruktur lama ke infrastruktur baru.
Di sini, ia harus bisa memahami requirement hingga membuat dokumen langkah-langkah pengerjaan, melakukan implementasi/coding dan testing, baik menggunakan kode program maupun pengujian oleh user, juga melakukan monitoring pada saat proses pengembangan, seperti mempublikasikan perubahan aplikasi dan melakukan beberapa standar perusahaan seperti logging dan monitoring performa aplikasi.
”Selama magang saya memiliki jadwal rutin seperti stand up, IPM, dan sprint retro”, terangnya. Selain itu, ada juga sesi catch up dengan user dan mentoring mingguan bersama senior. Saat stand up, ia harus melaporkan progres harian dan hambatan dalam bekerja. Sedangkan pada jadwal IPM, ia merencakan pekerjaan mana saja yang akan dikerjakan selama 1 sprint (2 minggu ke depan), dan di jadwal sprint retro yang dilakukan setiap 2 minggu sekali, ia melakukan evaluasi keefektifan tim dari segi meeting, waktu, SOP, internal tim dan lain sebagainya.
”Magang di PT Gojek Indonesia sangat menyenangkan karena perusahaan ini menyediakan fasilitas hiburan yang seru untuk membantu mengurangi burn out”, ceritanya. ”Jam kerja pun cukup fleksibel. Saya bisa mulai bekerja pada pukul sebelas untuk menghindari rush hour”, tambahnya. Lokasi kantor yang dekat dengan Blok M juga menjadi nilai tambah karena memudahkan akses ke tempat-tempat untuk bersantai seperti kafe, kuliner, dan lain-lain.
”Lingkungan kerja di sini sangat cepat dan suportif”, katanya. Mahasiswa asal Banjarmadu, Lamongan, Jawa Timur ini mencontohkan ritme kerjanya yang secara asinkronus. ”Ini sudah menjadi kebiasaan ya ketika satu tugas terhambat, karena menunggu persetujuan atau akses, kita bisa segera beralih ke tugas lain”, terangnya. Hadzami bercerita, saat itu ia pernah menyelenggarakan pertemuan one on one dengan engineer dari India untuk berkonsultasi tentang migrasi infrastruktur. Meskipun belum pernah bertemu di kantor, engineer dari India ini dengan senang hati membantunya. ”Magang di sini tidak hanya mengasah keterampilan dan pengetahuan saya, tetapi juga memberikan pengalaman internasional melalui interaksi dengan engineer dari luar Indonesia”, tuturnya.
Meskipun pada awal memulai magang, ia mengalami kendala, namun Hadzami mampu mengubah kendala ini menjadi tantangan yang mengasah keterampilannya. ”Saat pertama kali onboarding di PT Gojek Indonesia, saya langsung diberikan tugas meskipun saya belum familiar dengan teknologi yang digunakan. Hal serupa terjadi saat migrasi infrastruktur, di mana saya juga belum familiar”, cerita Hadzami sambil terkekeh. Managernya dengan nada bercanda namun serius bertutur: “Throwing you into the deep end and letting you practice swimming while being tossed around”. Kalimat inilah yang selalu terngiang di benaknya, mengingat mentornya cukup sibuk dengan tugas lain, dan hanya memiliki waktu luang di akhir jam kerja dan pada hari Jumat, Hadzami mengatasi hal ini dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, seperti dengan membuat daftar pertanyaan penting dan aktif bertanya kepada rekan-rekan lain yang tampak tidak sibuk, bahkan kepada anggota tim yang berbeda.
Tak heran, jika kegigihannya magang di dunia kerja diapresiasi dengan mengkonversi 7 mata kuliah dengan bobot 20 SKS yang semuanya mendapatkan nilai A. Tujuh mata kuliah yang dikonversi tersebut antara lain 1). Internship: Implementasi Prototipe Produk; 2). Internship: Pengujian Integrasi dan Sistem; 3). Hardskill: Pemecahan Masalah; 4). Komputasi Awal; 5). Pengantar Penjaminan Kualitas Perangkat Lunak; 6). Pengembangan Perangkat Lunak Scalable dan 7). Global Employability Skill.
Menurutnya, beberapa mata kuliah yang didapat selama perkuliahan banyak membantu untuk diaplikasikan selama proses magang seperti basis data, jaringan komputer, dan workshop rekayasa perangkat lunak.
Mahasiswa yang saat ini sedang menjalani kuliahnya di semester 7 ini bercita-cita kelak bisa menimba ilmu dan berkarir di luar negeri. Lalu membawa pengalaman dan ilmu tersebut ke Indonesia sebagai CTO (Chief Technology Officer) maupun principal software engineer di startup atau perusahaan teknologi.
Penulis: B. Diah Listianingsih
Foto: Achmad Hadzami Setiawan