Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) angkatan 4 sudah selesai, namun semangat dan pengalamannya masih menorehkan cerita yang mendalam di hati para mahasiswa. Kelompok Bayanaka salah satunya. Dikoordinasi oleh Igo Prasetyo, kelompok yang beranggotakan 27 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia dan interdisipliner ilmu yang berbeda-beda ini melaksanakan rangkaian kegiatan Modul Nusantara yang melingkupi kebhinekaan, inspirasi, refleksi dan kontribusi sosial.
Pendamping Modul Nusantara Kelompok Bayanaka, dr. Widyandana, M.HPE., Ph.D., Sp.M(K), berharap para mahasiswa bisa saling memperkenalkan keragaman budaya masing-masing menggunakan prinsip interprofessional education dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa lainnya untuk belajar bersama masyarakat mengenai kearifan lokal.
Kegiatan Modul Nusantara diawali dengan kunjungan ke Museum UGM untuk mengenal peran Profesor Dokter Sardjito dalam Pembangunan Indonesia. Setelah itu, kegiatan berlanjut dengan program tentatif di mana mahasiswa terbagi menjadi 2 kelompok besar untuk mengeksplorasi dan mengobservasi Museum UGM dan lingkungan sekitar kampus UGM. Masih dalam ruang lingkup pengenalan, mahasiswa PPM diajak untuk melakukan refleksi dalam bentuk diskusi bertajuk ”Kenali Asalku: Presentasi Budaya Mahasiswa Interprofesi” di Gedung Radioputro FK-KMK UGM”.
Implementasi modul nusantara dalam lingkup kebhinekaan dilakukan dengan mengeksplorasi kegiatan daerah melalui UMKM lokal, Sunmor (Sunday Morning), pasar tiban berlokasi di seputaran kampus UGM dan UNY, dilanjutkan dengan olahraga bersama di Taman Kearifan (Wisdom Park). Masih dalam lingkup kebhinekaan, hari berikutnya, kelompok Bayanaka beranjak ke Museum Sonobudoyo dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk mempelajari kontribusi kedua tempat ini terhadap budaya dan tradisi masyarakat. Para mahasiswa juga diajak menelusuri nilai-nilai yang dipegang teguh masyarakat pelaku usaha wisata dengan berkunjung ke Candi Prambanan, Ratu Boko, dan menyaksikan pertunjukan seni Sendratari Ramayana. Selanjutnya, kelompok Bayanaka PPM UGM juga melakukan lava tour dan mengidentifikasi kesiapsiagaan kawasan rawan bencana Merapi.
Puncak kegiatan Modul Nusantara yaitu Kontribusi Sosial dilakukan dengan mengandeng Kopi Egalita dan LSM Dria Manunggal. Mengusung judul ”Inovasi Kopi Inklusif bersama Komunitas Tuna Netra dalam Mendukung Health Tourism”, workshop ini merupakan bentuk kolaborasi antara pengusaha kopi dan komunitas tuna netra. Tujuan untuk menciptakan produk kopi berkualitas tinggi dan mempromosikan inklusi sosial. ”Kami ingin mendukung sektor pariwisata kesehatan dengan memperkenalkan Kopi Inklusif sebagai bagian dari pengalaman wisata yang holistik dengan sisi edukatif”, ungkap Widyandana, pendamping kegiatan ini.
Kegiatan berlanjut dengan kunjungan ke Kopi Egalita dan Yayasan Dria Manunggal bertepatan dengan adanya pelatihan barista tunanetra (20/6). Dalam kegiatan ini, calon barista mendapatkan pelatihan sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuan penyandang tuna netra, termasuk memanfaatkan teknologi asistif dengan menggunakan metode pengajaran yang ramah disabilitas. Untuk mendukung kegiatan pelatihan tersebut, Kelompok Bayanaka PPM UGM memberikan peralatan tambahan untuk membuat kopi.
Tak berhenti sampai di situ, minggu berikutnya (29/6), Kegiatan Modul Nusantara PPM UGM dimeriahkan dengan Talkshow bersama Academic Health System (AHS) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM bertajuk ”Peran AHS dalam Mendampingi Komunitas Tuna Netra”. Dalam workshop ini dibahas peran AHS dan potensi AHS dalam meningkatkan kualitas hidup insan difabel.
Paparan materi dari narasumber meramaikan perbicangan dalam workshop ini. Topik terkait peran kolaborasi Interprofessional Education (IPE) dalam pendampingan komunitas tuna netra disampaikan oleh dr. Widyandana MHPE., PhD., SpM(K). Menurut Widyandana, kolaborasi yang ideal sangat penting untuk mendukung tuna netra, misalnya dengan pemberdayaan komunitas.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Irwan Dwi Kustanto, CEO Kopi Egalita dan perwakilan Komunitas Tuna Netra Yayasan Dria Manunggal, mengenai potensi inklusi sosial bagi tuna netra dalam industri kopi. Terakhir, materi terkait manajemen kedai kopi dan pelayanan pelanggan dipaparkan oleh Imam Wisnu Birowo, salah satu pengusaha kopi. Talkshow ditutup dengan diskusi bersama mahasiswa PMM UGM.
Igo Prasetyo, yang jauh-juah dari Lampung untuk bergabung dalam Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PPM) ini memberikan tanggapan positif terkait kegiatan-kegiatan modul nusantara. ”Terlepas dari beberapa kendala di lapangan, kegiatan modul nusantara ini sangat menarik. Ini menjadi pengalaman yang seru, yang tidak saya dapat di daerah asal saya”, ungkap mahasiswa asal Politeknik Negeri Lampung ini. Hal serupa juga disampaikan oleh stakeholder dari LSM, seniman, barista, pengelola museum, dan pelaku usaha yang merasa senang dengan adanya kegiatan ini karena memberikan kesempatan untuk sharing pengalaman dan belajar satu sama lain.
Sumber tulisan: Fatimah Azzahra dan Mutia Arum
Ditulis ulang dan edit oleh B. Diah Listianingsih