Language: ID
Suasana riuh ramai menyelimuti perhelatan BUMN Internship Fair 2023 di Gedung ASLC, Fakultas Peternakan UGM waktu lalu (16-17/12). Tampak para mahasiswa sibuk berburu informasi di booth pameran yang mereka minati di ajang yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan dan Pengajaran (DPP) dan Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) ini. BUMN menawarkan beberapa mata kuliah dan magang onsite. “Benar, jadi ini adalah program kerja sama antara UGM dan BUMN, sebagai bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Bentuknya, perkuliahan dan magang onsite di 13 BUMN. Untuk perkuliahan, mahasiswa akan dibimbing langsung oleh mentor dari BUMN, yang penyelenggaraanya dilakukan di GIK”, ungkap Kepala Subdirektorat Bidang Pembelajaran dan Pengajaran DPP, Ir. Endang Sulastri, S.Pt., M.A., Ph.D, IPM.
Tentu saja, melalui program ini, mahasiswa akan mendapat berbagai keuntungan. Selain mendapatkan pengetahuan langsung dari Mentor BUMN, mahasiswa juga berkesempatan melakukan magang onsite di BUMN dan mendapatkan uang saku. Mahasiswa juga dapat belajar menjalin relasi atau menjajaki mitra baru dengan pihak-pihak di BUMN. Dan tentu saja, mahasiswa akan mendapatkan sertifikat di akhir kegiatan yang nantinya bisa diklaim sebagai bentuk SKS dalam perkuliahan di program studinya.
Ada 27 mata kuliah yang ditawarkan di perkuliahan ini bersama 13 BUMN seperti Pertamina, Mind ID, INKA, Pelindo, KAI, Perhutani, Pupuk Indonesia, PLN, Telkom Indonesia, Biofarma, BRI, BSI dan Bank Mandiri. “Nantinya, mahasiswa yang mendaftar kuliah MKBM BUMN dan GIK akan mengikuti perkuliahan selama 1 bulan dengan bobot 2 SKS, sedangkan yang memilih magang onsite di BUMN pilihan, bisa mengklaim bobot magang tersebut yang nilainya setara dengan 18 SKS. Periode waktu magang, lamanya 3 bulan”, tambah Bu Endang.
Misalnya, untuk kerja sama dengan Pertamina, mata kuliah yang ditawarkan meliputi Comprehensive Business Management, Strategic Corporate Engagement, Tech Synergy: Geophysics-Geochemistry-ICT, Talent Dynamics: People & Reward, juga Energy Engineering. INKA menawarkan mata kuliah Sistem Transportasi & Teknologi Perkeretaan, sedangkan di KAI, mahasiswa bisa belajar mata kuliah Operation Management & Development dan Strategic Communication. Di Perhutani, mahasiswa bisa mengambil mata kuliah Sustainable Forestry Management, Kemitraan, Integrated IT Operations, dan Strategic Human Resource Development. PLN menawarkan materi kuliah Health, Safety, Security, and Environment. Mata kuliah Enterprise & Business dan Corporate Government & Sustainabilty juga dapat diperoleh di perkuliahan Telkom Indonesia. Mind Id menawarkan mata kuliah Mining Business Process & Value Chain. Sedangkan di Pelindo, mahasiswa bisa belajar Legal & Compliance Management.
Di bidang kefarmasian, mahasiswa juga bisa mengambil mata kuliah Biotecnology & Pharmacy dan Health Promotion & Desease Prevention di Biofarma. Lalu di bidang perbankan, mahasiswa bisa mengambil mata kuliah Business Development, Human Capital dan Digital IT di BRI. Mahasiswa bisa juga belajar Syariah Business Banking di BSI. Lebih detail lagi, Bank Mandiri menawarkan materi kuliah Banking Product and Service Excellent, Retail Randing Product and Analysis, serta Banking Operations.
Salah satu pengunjung, Dewi Sekar Sari Rahayu, dari Program Studi Pengembangan Produk Agorindustri mengaku senang berkunjung dalam BUMN Internship Fair 2023. Ia sudah bersiap sejak pagi untuk datang di pameran ini. Menurutnya, ia bisa mendapatkan informasi yang relevan dengan jurusan yang ia ambil dan bertemu langsung dengan perusahaan yang ia tuju untuk magang nantinya.
Begitu pula Vika Aulia dari Program Studi Biologi UGM mengatakan bahwa BUMN Internship Fair ini sangat menarik. ”Saya jadi tahu dan memiliki gambaran tentang perusahaan yang relevan dengan bidang ilmu yang saya pelajari. Tadi saya berkunjung ke Biofarma dan Perhutani. Saya jadi memiliki gambaran bagaimana bekerja di perusahaan tersebut”, katanya.
Laksono, mahasiswa Program Studi Teknik Mesin angkatan 2021 yang sangat berminat dengan dunia perkeretaapian. Ia sangat antusias berkunjung ke stand INKA. ”Nantinya saya ingin magang di sini”, katanya. Selain karena minatnya pada kereta api, Laksono juga menjelaskan bahwa mahasiswa Program Studi Teknik Mesin diwajibkan untuk melakukan magang.
Lain halnya dengan Muhammad Deni Maulana, mahasiswa UGM angkatan 2023, yang sangat ingin magang dan bekerja di Telkom Indonesia. ”Kebetulan saya dari Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, saya sangat tertarik magang di Telkom Indonesia. Dan tadi saya sudah berkunjung ke booth Telkom dan mendapatkan banyak informasi. Salah satunya, skill yang wajib dimililki adalah kemampuan menulis (copy writing), nah ini sudah sesuai dengan jurusan saya di FIB”, ungkapnya. Meskipun masih tergolong mahasiswa baru, Muhammad Deni Maulana ingin mempersiapkan dari sekarang untuk dapat magang ke Telkom Indonesia.
Menurut Endang Sulastri, periode pendaftaran Kuliah BUMN dan GIK sudah dibuka sejak tanggal 16 Desember 2023 sampai 31 Januari 2024. Sedangkan perkuliahan akan dimulai pada 12 Februari sampai 12 Maret 2024. Lalu untuk program magang onsite akan dilaksanakan mulai periode 13 Maret sampai 14 Juni 2024. ”Saya berharap, mahasiswa UGM dapat memanfaatkan kesempatan baik ini untuk belajar di luar mata kuliah reguler yang diajarkan di kampus”, pungkasnya. (listi)
UGM kembali melulusan wisudawan perempuan terbanyak dengan persentase sebesar 55,89% yaitu sebanyak 1209 orang dari 1852 seluruh wisudawan pada upacara wisuda periode 1 TA 2023/2024 saat lalu. Pencapaian ini membuktikan besarnya daya juang perempuan dalam meraih pendidikan. Demikian diungkapkan Prof. dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D., Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM, ”Saya mengapresiasi para wisudawan perempuan yang berhasil mencapai tangga pendidikan yang lebih tinggi yaitu jenjang pendidikan Sarjana dan Diploma IV ini. Saya yakin setiap wisudawan perempuan memiliki cerita perjuangannya masing-masing dalam meraih pendidikan”.
Mlathi Anggayuh Jati, salah satunya. Dari ribuan wisudawan perempuan, Gayuh, sapaan akrab wisudawan terbaik dari Fakultas Psikologi ini menganggap dirinya cukup beruntung karena berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan ia menganggap 1209 wisudawan perempuan lainnya pun juga beruntung karena bisa meraih pendidikan tinggi. Bukan tanpa alasan, Gayuh dalam pidato sambutannya mewakili wisudawan menyebutkan, menurut data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbud Ristek, Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi, hingga tahun 2022 hanya 39,37% anak muda di kelompok usia wisudawan ini yang berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Prestasinya yang diraihnya pun bukan tanpa rintangan. Selama kuliah, Gayuh harus berjuang dengan gangguan bipolar yang dialaminya. ”Sejak awal tahun 2020, saya mendapatkan diagnosis gangguan bipolar dan harus mengikuti serangkaian terapi pengobatan dengan psikiater dan psikolog” akunya. Namun baginya, kondisi ini menjadi sangat menantang karena di waktu-waktu tertentu ia seringkali merasa kesulitan untuk mengelola diri dan membagi waktu untuk kuliah. Beberapa kali ia harus mengikuti kelas online dari rumah sakit karena sedang menunggu antrean obat. Tak jarang pula, Gayuh juga harus mengerjakan tugas kuliah dan tugas-tugas lain saat menunggu antrean periksa dokter. Sesi diskusi, kerja kelompok, ataupun pengerjaan tugas dan persiapan lomba tetap diikutinya, bahkan ketika sedang menjalani rawat inap di rumah sakit. Meskipun terlihat memaksakan diri, bagi Gayuh, pertarungan ini dilihatnya sebagai sebuah cara untuk tetap termotivasi dan tetap melangkah walaupun kondisinya sedang tidak optimal.
Sejak awal, Gayuh berusaha terbuka kepada orang-orang di sekelilingnya mengenai kondisi sakit yang dialaminya dan berusaha untuk mengkomunikasikan keluhan sakitnya sebaik mungkin. Seperti pada saat kondisi kesehatannya sedang tidak baik, Galuh membiasakan untuk menceritakan hal ini kepada orang tua dan teman-teman terdekatnya. ”Saya berusaha memberikan kabar kepada dosen ataupun teman-teman lain yang sedang memiliki kegiatan bersama dengan saya, baik dalam rumpun akademik maupun non akademik”, ungkap wisudawan dengan IPK 3.91 ini. Tak hanya memberi kabar, Gayuh juga berusaha memberikan solusi dan berani untuk menerima konsekuensi karena ketidakhadirannya.
Menurutnya, dukungan dari orang-orang di sekelilingnya inilah yang semakin memantapkan langkah perempuan yang memiliki motto ”Ketuklah Semua Pintu-pintu Kesempatan di Depanmu” ini untuk terus bersemangat melanjutkan studi sampai selesai. ”Bersyukur, orang-orang di sekeliling saya sangat suportif”, ungkapnya. Selain keluarga dan teman-teman, para dosen dan pengajar di Fakultas Psikologi pun sangat suportif. Beberapa kali Gayuh mendapatkan fasilitas konseling dari fakultas dan mendapatkan saran dari dosen-dosen mengenai cara mengelola kegiatan akademik dan kondisi mentalnya.
Terinspirasi oleh salah satu teman yang dianggapnya sebagai penolong, bahkan kakak, yang dengan ilmunya membantu Gayuh pada saat mengalami kondisi mental yang tidak baik, memantapkan minat Gayuh menekuni ilmu psikologi di Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi UGM. ”Ketika di bangku SMP, saya sempat menghadapi beberapa situasi kurang menyenangkan yang menyebabkan kondisi mental saya kurang baik. Pada saat itu, yang saya ingat hanya keputusasaan. Saya tidak bisa melihat hal-hal baik, apalagi menerima energi-energi baik. Semua hal, saya pandang dengan tatapan yang cukup gelap. Saat itu, yang berhasil menarik saya keluar adalah seorang mahasiswa profesi psikologi dari Universitas Gadjah Mada” ungkap perempuan yang bercita-cita terjun di dunia pendidikan inklusi ini.
Wisudawan yang sudah banyak aktif berkegiatan di Divisi Pendidikan dan Kompetensi, Kakak Asuh sejak 2019 ini mengaku merasakan dampak baik yang diberikan oleh kakak tersebut dan merasakan kehadiran kakak tersebut sebagai motivasinya untuk mengambil keputusan hingga ia bisa berada pada posisi saat ini. ”Kakak tersebut yang menanamkan dalam otak saya bahwa di dalam kegelapan pun sebenarnya akan selalu ada harapan”, tuturnya. Beranjak dewasa, Gayuh pun berkomitmen ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Lalu, melalui pengalaman yang dimilikinya, ia mulai yakin untuk memilih prodi psikologi. ”Tentu dengan harapan bahwa ilmu, keterampilan, dan sikap yang saya dapatkan selama menjadi mahasiswa Prodi Psikologi dapat saya sebarkan dan menjadi manfaat”, tegasnya.
Menurut Gayuh, belajar psikologi itu seperti mempelajari diri sendiri. Tak heran jika banyak anggapan, mahasiswa psikologi itu belajar sembari rawat jalan. Ia sangat bersemangat saat mendapat materi baru di perkuliahan. ”Saya merasa antusias setiap ada materi baru karena materi tersebut bisa direfleksikan ke dalam kehidupan saya sendiri dan menjelaskan banyak hal yang terjadi di sekeliling saya. Sesederhana mengetahui bagaimana saya mengingat suatu peristiwa, bagaimana saya mengenal bahasa, bagaimana saya memproses emosi, dan bagaimana saya membuat keputusan, bisa dijelaskan lewat materi-materi di psikologi” terangnya. Hal inilah yang kemudian membuat psikologi menarik di matanya.
Sejak kuliah, wisudawan yang berencana melanjutkan studi pada pendidikan inklusi ini sudah aktif di berbagai kegiatan organisasi, magang, maupun relawan dan bahkan mengambil pekerjaan di beberapa tempat di luar perkuliahan. Organisasi yang paling lama ia ikuti adalah Kakak Asuh. Sementara itu, Gayuh juga pernah mencoba menjadi podcaster untuk Podcast Campus UGM dan berkesempatan menjadi Wardah Beauty Campus Ambassador di UGM pada tahun 2021. Masih ingin menempa dirinya dengan berbagai pengalaman, Gayuh juga mulai mengikuti kegiatan-kegiatan magang dalam program Lingkaran Youth Community Development Program, sembari menjadi asisten psikolog di RSJD Dr. Amino Gondohutomo, dan menjadi customer experience intern di Lazada Indonesia. Meskipun memiliki segudang kegiatan, Gayuh tetap terampil membagi waktu dan mengelola diri hingga bisa lulus sebagai wisudawan terbaik dengan predikat pujian.
Saat ditanya tentang daya juang perempuan dalam meraih pendidikan, dengan mantap Gayuh menjawab bahwa daya juang perempuan dalam meraih pendidikan luar biasa hebat dan tidak perlu diragukan lagi perjuangannya. ”Di sekeliling saya, saya banyak menemui perempuan-perempuan kuat yang bisa tetap menjaga semangat belajarnya dengan segala tanggung jawab lain yang harus dihadapinya, seperti mengurus anak dan keluarga”, terang Gayuh. ”Saya juga pernah menjadi saksi perjuangan orang-orang di sekeliling saya dalam meraih cita-citanya untuk menjadi sarjana di saat lingkungan sekitarnya masih memandang sekolah sebagai tempat yang tabu untuk diduduki oleh perempuan. Jadi, berbicara tentang daya juang perempuan dalam pendidikan, saya rasa tidak perlu diragukan lagi kehebatannya”, jawabnya mantap.
Penulis: B. Diah Listianingsih
Foto: http://djanoerkoening.co/
Pagi itu terasa syahdu. Kedua kelompok Pertukaran Pelajar Mahasiswa (PMM) UGM, Malioboro dan Parangkusmo, bergegas menuju Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (YAKETUNIS) Yogyakarta untuk berbagi kasih kepada anak-anak asuh di Yaketunis. Ya, pekan itu merupakan pekan terakhir dari program PMM UGM. Acara puncak dari seluruh rangkaian kegiatan modul nusantara PMM UGM sebagai wujud pembelajaran nilai ”kontribusi sosial”, yang mengangkat tema “Berbagi Kepedulian dalam Keberagaman”.
Sampai di Yaketunis, suasana haru menyelimuti acara pagi itu saat anak-anak tunanetra memainkan alat musik dan menyanyikan lagu dengan sangat indah, menyambut para rombongan mahasiswa PMM yang bertandang ke yayasan ini. ”Kami ingin menciptakan pengalaman langsung yang memperkaya keterampilan sosial mahasiswa melalui acara ini”, ungkap Dinar Nugroho Pratomo, S.Kom., M.IM, M.Cs., dosen pembimbing kelompok Malioboro pada kegiatan PMM ini. Dalam kegiatan tersebut, para mahasiswa berkesempatan berbagi kasih kepada anak-anak asuh di Yaketunis dengan memberikan santunan berupa baju muslim, berbagai kebutuhan dan perlengkapan rumah tangga, sembako, dan juga buku braile untuk menunjang pendidikan para siswa di yayasan ini.
Para mahasiswa juga berbagi kisah dan pengalaman selama mengikuti kegiatan PMM di Yogyakarta dan tak ketinggalan mengenalkan budaya daerah masing-masing kepada anak-anak asuh. Diskusi mengalir dengan riang gembira, anak-anak mendengarkan dengan antusias cerita yang disampaikan para mahasiswa dan ikut serta menceritakan pengalaman mereka selama tinggal di asrama Yaketunis dan menjadi warga Yogyakarta.
Sebelumnya, kelompok PMM ini sudah mengikuti 16 kegiatan modul nusantara yang mencerminkan nilai kebhinekaan, inspirasi, hingga refleksi, termasuk kontribusi sosial. Diyah Utami Kusumaning Putri, S.Kom., M.Sc., M.Cs., dosen pembimbing kelompok Parangkusumo, menyebutkan bahwa modul nusantara merupakan serangkaian kegiatan yang berfokus untuk menciptakan pemahaman komprehensif tentang kebhinekaan, inspirasi, refleksi, dan kontribusi sosial yang didesain melalui pembimbingan secara berurutan dan berulang. ”Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan kebudayaan Nusantara dari berbagai golongan, suku, ras, agama dan kepercayaan untuk memperoleh pemahaman dan pengendapan makna toleransi dan kebhinekaan melalui berbagai kegiatan tersebut”, terangnya.
Implementasi modul nusantara diawali dengan kegiatan kebhinekaan lewat permainan yang dikemas secara menyenangkan di Wisdom Park UGM. Kegiatan ini memberikan ruang bagi mahasiswa untuk saling mengenal satu sama lain, baik antar sesama mahasiswa, liaison officer (LO) dan maupun dosen pembimbing. Kegiatan kebhinekaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya keluarga besar Malioboro dan Parangkusomo.
Pengenalan khasanah kebudayaan Yogyakarta untuk menumbuhkan sikap toleransi antar etnis dan umat beragama sebagai wujud nilai kebhinekaan juga dirancang melalui aktivitas berkunjung ke Keraton Yogyakarta dan Taman Sari, serta Museum Ullen Sentalu. Di Keraton Yogyakarta, para mahasiswa diajak memahami tradisi Jawa, termasuk kehidupan di Keraton, dan nilai-nilai kebudayaan yang dilestarikan turun-temurun. Dengan dipandu Abdi Dalem, mahasiswa belajar tentang upacara adat, seni tradisional, dan filosofi di setiap elemen arsitektur. Di akhir kunjungan, mahasiswa menyaksikan pertunjukan seni tradisional Jawa, seperti wayang kulit, tari, dan musik gamelan sebagai bagian integral dari warisan budaya yang dijaga dengan cermat di Keraton Yogyakarta. Selanjutnya di Taman Sari, mahasiswa memperoleh wawasan tentang sejarah, kehidupan kerajaan, tata letak, dan fungsi Taman Sari sebagai kompleks keagungan Kraton Yogyakarta. Kunjungan berlanjut ke Museum Ullen Sentalu, museum yang menampilkan kebudayaan masa Kerajaan Mataram Islam dan kehidupan para bangsawan. Di Ullen Sentalu ini, mahasiswa belajar artistektur bangunan Jawa yang terlihat dari layout dan struktur bangunannya. ”Terdapat perpaduan gaya Indis dan post-modern yang bersatu dalam menciptakan harmoni yang indah”, ungkap Dinar Nugroho Pratomo. Koleksi di museum berupa lukisan dan foto tokoh-tokoh penting dalam sejarah kerajaan Mataran Islam, kain batik Vorstenlanden, karya sastra, arca-arca kebudayaan Hindu Budha dan koleksi lainnya sarat dengan nilai sejarah yang patut diketahui oleh para mahasiswa.
Mahasiswa juga diajak berkunjung ke Candi Prambanan yang merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia. ”Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan wawasan kepada mahasiswa agar dapat menghargai peninggalan sejarah, melestarikan warisan budaya, dan meningkatkan sikap saling toleransi antar umat beragama”, ungkap Diyah Utami Kusumaning Putri. Selanjutnya, mahasiswa disuguhkan dengan pertunjukan Ramayana Ballet yang memadukan tarian, musik gamelan, kostum, dekorasi, hingga drama yang apik. Pertunjukan ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga menciptakan sebuah pengalaman mendalam tentang warisan budaya yang harus dilestarikan.
Untuk mengenalkan nilai inspirasi dari modul nusantara, para mahasiswa juga diajak mempelajari latar belakang sosial ekonomi masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta, diantaranya kain batik sebagai komoditas ekonomi unggulan di Yogyakarta. Bentuk pembelajarannya dilakukan dengan berkunjung ke Museum Batik Yogyakarta. ”Di sini, mahasiswa diajak untuk mendalami seni batik dan sekaligus belajar musik gamelan tradisional melalui kegiatan lokakarya bersama para bersama pengrajin kain batik dan pemain gamelan”, ungkap Diyah Utami Kusumaning Putri. Selain batik Yogyakarta, para mahasiswa juga dikenalkan dengan batik shibori. Batik Shibori merupakan salah satu batik Indonesia yang mengadopsi teknik pewarnaan kain dari Jepang dengan menggunakan lipatan, ikatan dan celupan untuk menentukan motif batik. ”Mahasiswa tidak hanya menciptakan motif batik unik pada kain dengan teknik khusus, tetapi juga memahami mendapatkan wawasan mendalam tentang konteks budaya, makna simbolis, dan sejarah batik shibori, sehingga dapat menjadikanya sebagai bagian penting dari warisan budaya”, terangnya.
Kegiatan inspirasi berlanjut dengan kunjungan ke Studio Alam Gamplong. Di studio ini, mahasiswa diajak mengamati langsung studio alam untuk produksi film dan mempelajari bagaimana studio alam tersebut berdiri, lalu bertransformasi menjadi destinasi wisata alam dan seni. Kesempatan kunjungan ini juga dimanfaatkan mahasiswa untuk belajar teknik fotografi.
Para mahasiswa PMM juga mengikuti kegiatan Innovation Talk pada Festival Karang Taruna dalam Rangka Pekan Inovasi Sosial di Jogja City Mall. Di acara ini, mahasiswa mendapatkan beragam inspirasi dari tokoh-tokoh penting seperti GKR Mangkubumi, Dr. Didik Mukrianto, GKR Hayu terkait inovasi sosial melalui transformasi kalurahan, serta peran penting karang taruna dalam kewirausahaan sosial, dan peran korporasi dalam mendorong ekosistem inovasi sosial. ”Tentu saja, innovation talk ini bukan hanya tentang wawasan, melainkan membuka peluang bagi mahasiswa untuk terlibat dalam perubahan sosial dan mengejar mimpi besar”, terang Dinar Nugroho Pratomo.
Ditambahkan Dinar Nugroho Pratomo, setiap kegiatan kebhinekaan dan inspirasi yang telah dilakukan mahasiswa, direfleksikan melalui melalui pertanyaan yang dapat meningkatkan kesadaran, mendeskripsikan situasi, menganalisis perasaan, mengevaluasi pengetahuan, dan memperoleh pembelajaran, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap pengalaman mereka.
”Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengasah keterampilan berpikir kritis dan kreatif, membuka wawasan baru tentang seni dan budaya, memperdalam pemahaman tentang isu-isu sosial, serta mengasah keterampilan berbicara dan menyampaikan pendapat di depan umum, sehingga menciptakan pengalaman pembelajaran yang holistik”, terang Diyah Utami Kusumaning Putri.
Muhammad Rishan, salah satu peserta PMM mengaku bangga bisa bisa berada di salah satu kampus terbaik di Indonesia. ”Dulu waktu masih kecil, UGM menjadi candaan kami di kampung. ”Rishan, kamu nanti mau kuliah di mana? Saya menjawab “UGM dong”. Itu menjadi candaan yang seolah-olah tidak akan terjadi. Namun dengan kuasa Tuhan, melalui program Pertukaran Mahasiswa Merdeka ini saya bisa merasakan belajar di kampus yang menjadi impian semua siswa di Indonesia.
Rishan mendapat banyak pelajaran nilai dari modul nusantara ini. Dari seluruh rangkaiannya, ia paling terkesan dengan kontribusi sosial di Yaketunis. Melalui kegiatan kontribusi sosial, Rishan belajar tentang makna hidup yang sesungguhnya. ”Saya merasa tertampar oleh rasa syukur yang dimiliki kawan-kawan Yaketunis. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka tetap hidup bahagia dengan penuh ketenangan serta canda tawa”, akunya. Kontribusi sosial mengajarkan kepadanya, sebagai mahasiswa sekaligus kaum muda penerus bangsa, ia harus selalu peduli dengan lingkungan. ”Banyak orang lain yang memerlukan bantuan kita, mahasiswa itu bukan pandai basa basi tapi mahasiswa berkontribusi dengan aksi”, ungkapnya penuh semangat.
Refleksinya, melalui perkuliahan hingga kegiatan modul nusantara, Rishan berkesempatan mengikuti kuliah lintas jurusan yang berbeda dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Ia juga merasakan kekeluargaan saat mengikuti kegiatan modul nusantara. ”Saya memiliki keluarga baru yang menghargai setiap perbedaan dan menjadikan keberagaman sangat menarik untuk terus kami kenang dan jalani bersama”, tuturnya. ”Saya juga mendapatkan pembelajaran hidup yang berharga, kenangan yang tak terlupakan, dan pengembangan keterampilan membuat saya siap menghadapi tantangan kehidupan di masa depan”, ungkap mahasiswa asal Politeknik Hasnur, Banjarmasin ini. (listi)
Tujuh puluh dua wisudawan UGM asal daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) diwisuda pada Upacara Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan periode 1 TA 2023/2024 (22-23/11) lalu. Adalah Rivaldy Bram Waromi, salah satu wisudawan asal daerah 3T yang menempuh pendidikan di UGM menggunakan beasiswa afirmasi pendidikan tinggi (Adik) dari Nabire, Papua Tengah.
Meskipun baru saja diwisuda, pencapaian Revaldy belum berakhir. Sebagai mahasiswa Program Studi Kedokteran, Rivaldy harus menempuh pendidikan profesi sebagai Koas di UGM untuk memperoleh gelar dokter. Meskipun begitu, ritual wisuda tetap menjadi moment yang ia nantikan. Bahkan sampai bergadang semalaman untuk menunggu moment menerima ijazah.
”Saya sangat bersyukur dan senang sekali karena dapat menyelesaikan studi sarjana kedokteran saya dan mampu sampai ke tahap wisuda. Itu semua menjadi salah satu penghargaan terbesar buat saya secara pribadi”, ungkap Rivaldy penuh kegembiraan. Di sisi lain, perasaannya membuncah karena orang tua turut hadir dalam wisuda tersebut. ”Ini menjadi suatu kebahagiaan buat saya ketika melihat orang tua menyaksikan saya dipanggil untuk menerima ijazah”, ungkapnya.
Bagi Rivaldy, mempelajari ilmu kedokteran memantik rasa ingin tahunya bahwa menjadi dokter, fokus utamanya adalah memberi pelayanan dengan ikhlas dan tulus pada masyarakat. ”Saya banyak belajar terkait bagaimana menjadi pribadi yang lebih mendengarkan keluhan pasien, lebih menghargai pendapat dan keputusan orang lain, dan bagaimana bekerja bersama dalam memberikan pelayanan yang terbaik”, terang Rivaldy. Menurutnya, belajar menjadi dokter berarti juga belajar menjadi leader yang bertanggung jawab dan mampu memberikan keputusan yang tepat dan cepat. ”Dari belajar kedokteran, saya menjadi lebih paham tentang tubuh saya, orang lain, dan lingkungan atau kebiasaan yang baik dan yang tidak baik yang berdampak bagi kehidupan pribadi maupun sosial”, imbuhnya.
Meskipun begitu, Rivaldy mengakui bahwa belajar ilmu kedokteran tidaklah mudah. Bahkan di awal-awal perkuliahan, ia sempat kesulitan mengikuti perkuliahan, sehingga motivasi belajarnya menurun dan harus rutin berkonsultasi dengan psikiater untuk menumbuhkan kembali motivasi belajarnya. ”Belajar di kedokteran itu sulit, bahkan bisa dikatakan sangat sulit, terutama bagi yang tidak minat 100 persen dan tidak mampu beradaptasi dengan sistem belajar kedokteran yang berputar dan bergerak maju dengan sangat cepat”, terang Rivaldy. Selain itu, kemampuan dalam berteman dan mencari koneksi untuk bertahan di pendidikan kedokteran itu sangat penting untuk menunjang proses belajar di Fakultas Kedokteran.
Dalam belajar, Rivaldy tidak menerapkan startegi khusus, kecuali belajar mencintai program studi ini, sehingga niat dan minat untuk belajar semakin kuat dan konsisten. ”Yang terpenting niat dan ketekunan”, ungkap wisudawan yang lulus dalam 10 semester ini. Masing-masing orang juga memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Bagi Rivaldy, ia lebih suka belajar dalam bentuk kelompok dan diskusi bersama.
Sempat diremehkan dan tidak dipercaya bisa masuk Fakultas Kedokteran UGM oleh teman-teman semasa SMA, membuat Rivaldy pada mulanya ragu-ragu memilih jurusan ini, karena minatnya untuk belajar seni yang sempat ditentang orang tua. Namun karena orang tua sangat mendukung Rivaldy masuk kedokteran, ia bertekad mencoba masuk program studi ini dan berjuang untuk dapat lolos seleksi. ”Saat pengumuman setelah tes, ternyata saya lulus pada pilihan pertama. Dan akhirnya saya kuliah di Program Studi Kedokteran sampai sekarang saya menjalani koas” tutur Rivaldy dengan bahagia.
Sejak SMA, Rivaldy juga sudah menerima beasiswa afirmasi dan belajar di luar Papua melalui jalur Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem). Setelah lulus SMA, ia mendapatkan kesempatan yang sama mengikuti tes dari program Adik (Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi) untuk melanjutkan ke perguruan tinggi saat ini. Menurutnya, seleksi jalur afirmasi ini cukup sulit. Ia harus bersaing dengan teman- teman dari berbagai daerah yang mengikuti seleksi Adik, yang setiap tahun meningkat peminatnya.
Menyicil nilai rata-rata yang baik sejak semester satu duduk di bangku SMA adalah jalan ninjanya agar bisa lolos beasiswa Adik. Termasuk bertekun dengan mengikuti kursus pada mata pelajaran yang kurang dikuasainya. ”Saya berlatih menjawab soal untuk menambah variasi penyelesaian masalah”, katanya. Ia juga belajar mandiri mencari referensi belajar penyelesaian soal dari kanal youtube.
Jika sudah lulus dokter, Rivaldy berencana kembali ke daerahnya di Nabire. Namun untuk saat ini, wisudawan dengan indeks prestasi sangat memuaskan, 3,3 ini akan fokus menyelesaikan masa koas. Saat koas nanti, Rivaldy ingin fokus mendalami Ilmu Obstetri dan Ginekologi. Ke depan, ia bercita-cita ingin menjadi dokter spesialis bedah dan kandungan. Di samping koas, Revaldy juga berencana menambah pengetahuan dengan mengambil studi magister dalam bidang bisnis dan manajemen.
Meskipun menekuni pendidikan dokter, saat kembali ke daerahnya, Rivaldy tetap ingin melakukan karya lain di luar jalur pendidikannya. ”Saya berkeinginan membuka bisnis dalam bidang fashion karena di daerah saya banyak sekali pengrajin seperti pembuat tas noken (tas tradisional Papua), hiasan, kalung dan lain sebagainya. Saya ingin membuka usaha untuk memfasilitasi para pengrajin yang mayoritas ibu- ibu dan anak muda untuk mengembangkan keahlian dan membuka lapangan pekerjaan bagi mereka” tutur wisudawan kelahiran tahun 2000 ini.
Mimpinya adalah membuka sekolah berjenjang di Papua Tengah, mulai dari SD, SMP, sampai SMA. Melalui sekolah yang ingin ia bangun nantinya, Revaldy bertekad mengembangkan potensi anak-anak di wilayahnya agar memiliki kesempatan bersekolah dengan baik. Kita doakan, semoga mimpi dan cita-cita Revaldy terwujud. (listi)
Universitas Gadjah Mada akan menyelengarakan Upacara Wisuda Program Pascasarjana Periode II Tahun Akademik 2023/2024 pada Rabu, 24 Januari 2024.
Kepada calon wisudawan/wisudawati diminta segera melakukan proses pendaftaran sesuai dengan waktu yang ditentukan serta melengkapi semua persyaratan dan tahapan sebagaimana dalam surat edaran wisuda nomor 14288/UN1.P.I/Dir-PP/WA.00.00/2023 tanggal 29 November 2023 terlampir.
Informasi khusus: Bagi peserta wisuda dengan beasiswa Kemendikbudristek (BPPDN/BUDIDN/PMDSU/ Sandwich DN/Bantuan Studi 1 Semester, dll.) wajib mengisi data publikasi dengan login menggunakan akun (user dan password) masing-masing di laman: studi.kemdikbud.go.id.
Layanan user dan password dapat diperoleh melalui nomor hotline WhattsApp: 0811 294 1949
Edaran-Wisuda-Program-Pascasarjana-Periode-II-TA-2023-2024Apa jadinya jika lagu tradisional Korea, arirang, dipadukan dengan gamelan jawa? Kolaborasi unik inilah yang memunculkan gagasan bagi Chung Ji Tae, lulusan doktor asal Seoul, Korea Selatan dengan topik penelitiannya ”Gamelan Arirang” yang menghantarkannya sebagai wisudawan terbaik dengan IPK 3,84, bersama 15 wisudawan asing lainnya pada Wisuda Program Pascasarjana UGM periode I TA 2023/2024 waktu lalu (25-26/10).
Ji Tae sudah mencintai musik sejak kecil. Sejak itu pula, ia sudah belajar musik tradisional Korea. Saat pertama kali menginjakan kaki di Indonesia, tahun 2011, ia terpesona dengan suara gamelan yang didengarnya dari kanal youtube. ”Saya merasa suaranya sangat eksotik”, akunya.
Pemain profesional alat musik Korea ”daegeum” dan ”sogeum” ini mengaku, dulu ia hanya fokus pada estetika seni. Tetapi dalam perjalanannya, Chung Ji Tae merasa bosan, lalu tertantang untuk mempelajari struktur seni, wacana seni, dan ideologi seni. Tantangan inilah yang menghantarnya memilih universitas yang memiliki jurusan yang cocok dengan minatnya, yaitu program studi Kajian Budaya dan Media di UGM.
Motivasinya membuat pertunjukan Gamelan Arirang dalam penelitiannya yang berjudul ”Poetik dan Politik Pertunjukan Gamelan Arirang: Penelitian Teknologi Diri” muncul dari kritik terhadap praktik pertukaran budaya oleh seniman Korea yang selama ini masih bersifat unilateral. Kritik ini memantik inspirasinya untuk memperlihatkan harmonisasi antara Korea dan Indonesia melalui kolaborasi musik tradisional yang bersifat bilateral.
Pertunjukan pertama yang digelarnya adalah “Gamelan Arirang: Mediasi Interkultural Seni Budaya Indonesia-Korea” pada tahun 2017, yang diselenggarakan oleh grup projek musik kolaborasi Korea dan Indonesia “Gamelan Arirang” di Tembi Rumah Budaya pada 26 November 2017 silam. Pertunjukan inilah yang selanjutnya menjadi cikal bakal dari penelitiannya yang menghantar Chung Ji Tae mendapat gelar Doktor Program Studi Kajian Budaya dan Media UGM.
Ji Tae menuturkan, tujuan pertunjukan ini adalah untuk memperlihatkan harmonisasi antara Korea dan Indonesia, serta memperkenalkan musik tradisional Korea kepada masyarakat Yogyakarta, sehingga segala elemen-elemen pendukung pertunjukkan dikemas untuk merepresentasikan makna dan tujuan pertunjukan dalam wujud teks dan tanda, termasuk poster maupun media penyebar lainnya.
”Saya mengemas judul pertunjukan “Gamelan Arirang” sebagai bentuk representatif musik tradisional Korea dan Indonesia yaitu gamelan dan arirang”, terang Doktor yang menghabiskan waktu 5 tahun untuk disertasinya ini. Istilah gamelan sebagai petanda dan penanda (dalam semiotika) merupakan set ansembel musik perunggu dari Jawa dan Bali. Dengan kata lain, kata gamelan sebagai simbol menggambarkan bahwa pertunjukan ini berkaitan dengan musik tradisional Indonesia, karena gamelan adalah instrumen paling populer, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Kemudian, arirang adalah lagu simbolik dan salah satu lagu tradisional paling populer pada musik tradisional Korea.
”Istilah gamelan berlawanan dengan Arirang dari Korea. Perbedaan kedua istilah ini, secara otomatis membawa klasifikasi Indonesia dan Korea dalam konsep kebangsaan, sehingga gamelan mewakili musik tradisional Indonesia dan Arirang mewakili musik tradisional Korea, yang pada akhirnya, penggabungan dua tanda ini merupakan kolaborasi musik tradisional Indonesia dan Korea”, terangnya.
Dalam disertasinya, Ji Tae menambahkan sub judul “Mediasi Interkultural Seni Budaya Indonesia-Korea” sebagai kajian penelitian yang menjelaskan bahwa konsep pertunjukan ini juga bermakna sebagai bentuk mediasi. Mediasi di sini memiliki arti bahwa pertunjukan sebagai proses komunikasi yang ditujukan untuk membantu dua orang atau kelompok yang berkonflik untuk mencapai kesepakatan atau pemecahan suatu masalah. Namun, makna ini berubah menjadi mediasi budaya dalam bidang seni yang artinya menghubungkan antara kesenian dan masyarakat. Dari narasinya, judul pertunjukan Gamelan Arirang secara simbolik memperlihatkan karakteristik pertunjukan ini lebih cenderung bilateral daripada unilateral.
Selama berkarya di Indonesia, musisi lulusan National High School of Traditional Korean Arts dan The Korean Traditional Music Program, Suwon University ini kerap menyabet banyak penghargaan di bidang musik dan mengelar banyak pertunjukan solo musik sejak masa mudanya dan sudah banyak melakukan kolaborasi musik Indonesia – Korea, seperti Jing Gong di Bali dan Gamelan Arirang di Yogyakarta, termasuk menggawangi sebagai direktur berbagai pertunjukan musik di Indonesia seperti Bali Chingudel (2013), Salmunori Jinggong (2015), KORNIA Art Company (2015), Salmunori Ciraken (2016), Gamelan Arirang Surakarta (2016), dan Gamelan Arirang Yogyakarta (2017), serta Festival Gugak Indonesia (2021). Ia juga dikenal sebagai musisi yang banyak menghadirkan pertukaran musik antar budaya di ranah akademik.
Bagi Ji Tae, masa studi di UGM merupakan pengalaman yang luar biasa positif. Tantangan kendala bahasa tidak menjadi penghalang untuk lulus doktor dengan predikat terbaik. Dukungan para dosen dan promotor juga sangat membantunya dalam menyelesaikan studi di UGM tepat waktu. Ia mengaku sebagai mahasiswa asing, keberadaan kantor imigrasi di kampus membuatnya nyaman dan tenang karena banyak membantu untuk urusan keimigrasian. (listi)
Di era digital, dokumen bertransformasi sangat cepat. Dulu, dokumen yang berwujud kertas, kini bermetamorfosis dalam bentuk file. Tentu saja, cara dan metode penyimpanan dokumennya pun juga akan berubah seiring transformasi karakteristiknya. Topik inilah yang dipelajari staf kependidikan Direktorat Pendidikan dan Pengajaran dengan penuh semangat dalam Pelatihan Manajemen Arsip Digital di Ruang Sidang Direktorat Pendidikan dan Pengajaran UGM (12/10).
Hadir sebagai narasumber dalam pelatihan tersebut, Lastria Nurtanzila, S.I.P., M.P.A, dosen Sekolah Vokasi UGM. Dikatakan Lastria, bahwa organisasi saat ini memililki tantangan manajemen dalam menyikapi perubahan media rekam informasi. Dan kerap kali tantangan tersebut menimbulkan permasalahan dalam pengelolaan arsip elektronik diantaranya adalah karena belum adanya regulasi penyusutan untuk arsip elektronik ini, sehingga memerlukan cara khusus dalam penyimpanan. Belum lagi terkait kuantitas dokumen elektronik yang cenderung overload jika disimpan karena keterbatasan kapasitas. Selain itu, penyimpanan data elektronik membutuhkan startegi khusus untuk keamanan data dan menghindari kebocoran informasi, kerusakan data maupun serangan dari virus.
”Lalu bagaimana cara untuk mengorganisasikan dokumen elektronik ini?”, tanya Lastria kepada para peserta. Menurut Lastria, cara yang bisa dilakukan dalam mengorganisasikan dokumen elektronik diawali dengan menciptakan tempat penyimpanan dokumen elektronik, baik melalui alih media atau melalui born digital. Alih media artinya mendigitalisasikan dokumen-dokumen cetak dalam bentuk elektronik, sedangkan bord digital adalah menciptakan ruang baru untuk menyimpan arsip elektronik melalui sebuah sistem misalnya disimpan dalam could atau google drive bahkan bisa juga menciptakan sistem informasi arsiparis sendiri.
“Dalam penyimpanan, arsip elektronik juga perlu dideskripsikan dan diklasifikasikan agar mudah dalam pencarian”, ungkapnya. Termasuk kemudahan akses dan keamanan juga perlu dipikirkan. Untuk keamanan dokumen elektronik, bisa disiasati dengan physical control akses dan logical control akses. Physical control akses ini misalnya dengan deteksi menggunakan sidik jari atau tab kartu identitas. Sedangkan logical control ini bisa menggunakan semacam pengamanan seperti password. Lalu untuk penyusutan arsip elektronik, aturannya mengikuti mekansime penyusutan arsip konvensional sesuai dengan aturan kearsipan yang berlaku.
Peserta dengan penuh perhatian mendengarkan pemaparan materi dari narasumber. Agus Arwani, salah satunya. Peserta pelatihan ini mengaku bersemangat mengikuti pelatihan manajemen arsip digital. Menurutnya kegiatan ini bagus dan menambah pengalaman baru pengelolaan arsip di era ditgital. Sebagai staf yang diberi mandat menangani kearsipan, bagi Agus materi arsip digital ini sangat membantu dalam menambah wawasan tentang pengelolaan dokumen. ”Sangat membantu sekali, karena belum pernah mengikuti pelatihan arsip digital”, ungkapnya. Agus berharap, setelah mengikuti pelatihan, pengelolaan arsip di DPP dapat dikelola lebih baik, teratur dan rapi untuk mempermudah pencarian.
”Materinya bagus dan cukup menambah pengetahuan mengelola arsip secara digital sesuai dengan standar yang berlaku, sayang waktunya terbatas, sehingga kurang detail” ungkap Eko Purnomo, salah satu peserta yang juga staf bidang IT akademik ini. Demikian juga yang dirasakan Murbani, salah satu peserta yang mengaku tertarik mengikuti pelatihan dengan serius. ”Sangat menambah wawasan dan membantu karena ini sesuai dengan salah satu bidang pekerjaan saya dalam mengelola dokumen-dokumen di DPP”, terangnya.
Esti Sugiyani, staf DPP yang banyak menangani urusan administrasi akademik ini juga merasa senang mengikuti pelatihan manajemen arsip digital. ”Sangat bermanfaat terutama untuk mengelola data-data, baik data pribadi maupun data-data kantor”, tuturnya. Menurut Yani, materi manajemen arsip digital yang disampaikan pembicara cukup lengkap dan mudah dipahami. Dan ini cukup membantunya dalam mengelola arsip dokumen pekerjaan sehari-hari. ”Ini membantu saya saat membutuhkan dokumen tertentu bisa dengan cepat ditemukan”, imbuhnya. Yani berharap pelatihan pengelolaan arsip secara digital bisa mendukung mutu pelayanan di Direktorat Pendidikan dan Pengajaran.
Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D menuturkan bahwa pelatihan arsip digital ini merupakan salah satu dari rangkaian program pengembangan diri bagi staf Direktorat Pendidikan dan Pengajaran setiap bulannya, yang dimana topik bahasan setiap pertemuan berasal dari para staf. ”Setiap bulan akan ada tema-tema yang berbeda. Dan tema ini usulan dari teman-teman staf terkait keterampilan atau pengetahuan yang ingin mereka kuasai”, ungkapnya. (listi)
Tujuh Modul Literasi Bahasa telah selesai disusun. Enam diantaranya juga sudah dipergunakan sebagai bahan ajar dalam Mata Kuliah Pilihan Kurikulum (MKPK) Bahasa Asing pada semester Genap 2022 lalu. Keenam modul pada penyusunan batch pertama tersebut adalah Modul Bahasa Inggris, Modul Bahasa Perancis, Modul Bahasa Korea, Modul Bahasa Jepang, Modul Bahasa Turki dan Modul Bahasa Arab. Disusul satu modul pada batch kedua yaitu modul bahasa Mandarin yang mulai digunakan pada semester Gasal 2023 ini.
“Progres penyusunan modul literasi bahasa sudah rampung” ungkap Kepala Subdirektorat Pengembangan Pendidikan dan Pengajaran, Direktorat Pendidikan dan Pengajaran UGM, Ir. Endang Sulastri, S.Pt., M.A., Ph.D., IPM. Jadi secara lengkap, pada semester gasal 2023 ini, tujuh modul sudah digunakan sebagai bahan ajar literasi bahasa dalam Mata Kuliah Lintas Disiplin (MKLD)”, ungkapnya.
”Modul ini akan ditawarkan pada setiap semester kepada mahasiswa sarjana dan sarjana terapan dalam Mata Kuliah Pilihan Kurikulum (MKPK) Bahasa Asing untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing”, tambahnya. Disampaikan Endang, penguasaan bahasa asing menjadi aspek penting dalam menunjang nilai pribadi seseorang termasuk mahasiswa. ”Semakin tinggi kemampuan bahasa yang dikuasai, maka akan semakin menunjukkan kualitas diri yang lebih baik”, imbuhnya. Dengan penguasaan bahasa asing, mahasiswa sebagai calon intelektual dan cendekiawan muda Indonesia dapat langsung mengimplementasikan ilmu yang dipelajarinya di dunia kerja maupun saat terjun di masyarakat. ”Dengan penguasaan bahasa, harapannya generasi muda bangsa ini dapat membawa Indonesia memiliki daya saing tinggi yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju dunia” ungkapnya.
Peminat mahasiswa yang mengikuti literasi bahasa pun sangat mengejutkan. Pada batch pertama tercatat berjumlah 610 orang. Sementara pada batch kedua, peserta meningkat drastis, menjadi 1052 orang. ”Peminatnya meningkat drastis, yang artinya mahasiswa tertarik sekali untuk mempelajari bahasa asing”, terangnya.
Frida Anis Handayani, B.Ed., M.TCSOL., salah satu dosen pengajar bahasa Mandarin menuturkan bahwa materi yang disajikan dalam modul literasi bahasa sangat beragam. Khususnya untuk modul bahasa mandarin yang dia ampu, karena disusun oleh tim dengan latar belakang berbeda, yaitu Mandarin Jurnalisme, Mandarin Bisnis dan Pendidikan Bahasa Mandarin. ”Materi-materi yang disajikan di modul juga berbeda dengan modul-modul bahasa asing lainnya. Apabila modul bahasa asing lain memperkenalkan budaya asli negara dari bahasa asing tersebut, maka materi yang tim susun adalah budaya Indonesia”, ungkapnya.
Menurutnya, pembedaan ini bertujuan agar saat mahasiswa bertemu dengan mahasiswa atau orang dari Tiongkok, ia bisa memperkenalkan budaya Indonesia. Penyampaiannya pun didasarkan pada perbedaan budaya kedua negara, sehingga mahasiswa tahu apa yang harus dilakukan ketika bersama orang dari Tiongkok ataupun Taiwan.
Ditambahkan Anis, modul bahasa Mandarin yang disusun sudah sesuai kebutuhan dasar kebahasaan dalam bahasa mandarin. Dalam modul tersebut, mahasiswa diajarkan cara menyapa seseorang, pribadi, keluarga maupun teman, menyebut angka dan harga, dan lain-lain. Tujuan pembelajaranya, selain mengasah wawasan mahasiswa terkait perbandingan budaya Indonesia-Tiongkok, mahasiswa juga dapat berbicara perihal topik-topik materi sesuai dengan kaidah kebahasaan Bahasa Mandarin (pelafalan, tata bahasa, kalimat, dan karakter Han).
Selain itu, modul juga mudah diaplikasikan untuk pembelajaran literasi bahasa bagi mahasiswa karena di dalamnya memuat tabel yang mencakup kata dasar dalam pelafalan bahasa mandarin. ”Dengan menguasai kata dasar dalam tabel tersebut maka mahasiswa akan mudah dalam mengaplikasikan kata-kata maupun kalimat dalam bahasa Mandarin”, terangnya.
Anis berharap, pembelajaran bahasa Mandarin bisa dilengkapi dengan audio visual, sehingga mahasiswa bisa mempelajari bahasa Mandarin dimanapun mereka berada. Dengan demikian, mahasiswa akan lebih cepat dalam belajar bahasa Mandarin. ”Modul bahasa Mandarin yang disusun, kosakatanya sangat sederhana, sehingga mahasiswa belum dapat mengembangkan bahasa Mandarin dengan maksimal. Karenanya, jika dalam pengajarannya ada alat pendukung yang dapat mempermudah mahasiswa dalam mempelajari Bahasa Mandarin, seperti media audio visual, akan sangat membantu”, imbuhnya.
Begitu juga dengan salah satu pengajar literasi bahasa Perancis, Dr. Wulan Tri Astuti, S.S., M.A. Dosen Bahasa Perancis, Fakultas Ilmu Budaya UGM ini mengungkapkan bahwa modul literasi bahasa Perancis yang sekarang digunakan sudah memenuhi substansi 4 aspek keterampilan bahasa yaitu listening, reading, speaking, dan writing. Istimewanya, modul ini sudah menyertakan bahan menyimak yang sesuai dengan tingkatan pembelajar (pemula) dan disertai dengan penjelasan ringkas terkait tata bahasa dalam dua bahasa-Inggris dan Perancis, sehingga memudahkan mahasiswa untuk mengerti aturan tata bahasa.
”Modul ini tingkatannya mudah, untuk pembelajar bahasa pemula tingkat satu atau kalau dalam standar bahasa Eropa level A1.1. Selain itu, modul ini mudah diaplikasikan untuk pembelajar bahasa Perancis karena sudah didesain dengan mengacu standar pendidikan bahasa dengan model komunikasi aktif, ” tuturnya.
Ke depan, modul literasi bahasa perlu ditambahkan dengan sub bagian tugas mandiri bagi mahasiswa dan penambahan keterangan penggunaan modul pada setiap pertemuan. Juga untuk modul keempat perlu disusun dengan bentuk serupa dengan modul lainnya”, sarannya.
Sama halnya dengan modul lainnya. Menurut Adiba Qonita Zahroh, S.S., M.Litt., dosen bahasa Inggris FIB UGM bahwa modul literasi bahasa Inggris dengan judul English for Academic Writing and Presentation ini sangat menarik karena mengintegrasikan kemampuan menulis dan berbicara dalam konteks akademik. ”Mahasiswa memiliki kesempatan merancang dan menyampaikan presentasi, ini tentunya mengasah keterampilan berbicara”, ungkapnya. Modul ini juga memberikan panduan bagi mahasiswa dalam memahami struktur dan konvensi penulisan ilmiah. ”Fokusnya pada pembelajaran yang interaktif dan praktis dalam bentuk latihan dan tugas yang relevan, mahasiswa memiliki peluang nyata untuk meningkatkan keterampilan bahasa Inggris dan mendorong berpikir kritis dan berpendapat dengan baik”, imbuhnya.
Hasil pengamatan Adiba, setelah menggunakan modul ini, kemampuan mahasiswa dalam menulis dan berbicara dalam bahasa Inggris di lingkungan akademik tampaknya mengalami peningkatan yang signifikan. Tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan kebutuhan, membuat proses belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dikatakan Adiba, tingkat kesulitan modul ini sesuai dengan kebutuhan mahasiswa lintas program studi dan angkatan. Hasil penulisan dan presentasi mahasiswa setelah menggunakan buku ini menunjukkan pemahaman yang baik.
Modul dilengkapi dengan panduan yang jelas, contoh-contoh konkret, dan latihan-latihan yang mendukung pemahaman. ”Inilah yang membuat modul ini sangat user-friendly dan memudahkan dosen dalam memberikan pembelajaran yang berkualitas kepada mahasiswa”, terangnya. Juga fleksibilitasnya, karena dapat diaplikasikan untuk mahasiswa dari berbagai program studi dan angkatan. ”Fleksibilitas ini adalah nilai tambah yang signifikan, karena setiap mahasiswa dapat mengakses dan memahami materi ini tanpa hambatan yang berarti” ungkapnya.
Adiba berharap, selanjutnya modul literasi bahasa inggris bisa memuat lebih banyak contoh kasus secara beragam sehingga membantu mahasiswa memahami konsep dan aplikasinya. Perlu juga dilengkapi latihan yang kompleks, dengan solusi terperinci, sehingga mahasiswa bisa menguasai materi dengan lebih baik. Sumber belajar tambahan seperti buku, artikel, atau video yang update juga diperlukan untuk membantu mahasiswa yang ingin mendalami topik tertentu lebih lanjut. ”Ini juga dapat memotivasi mereka untuk menjelajahi bahasa Inggris dalam konteks akademik secara lebih dalam”, pungkasnya. (listi)
Mahasiswa baru UGM Angkatan 2023 tengah berbahagia. Kabarnya, Kartu Mahasiswa (KTM), senjata pegangan para mahasiswa yang sudah ditunggu-tunggu sudah dibagikan. Lihat saja kegembiraan yang terpancar dari wajah-wajah mahasiswa baru yang bertandang ke Direktorat Pendidikan dan Pengajaran UGM untuk mengambil KTM sejak 9 – 18 Oktober 2023.
”Saat ini, sedang berlangsung pembagian KTM Co-branding BNI dari tanggal 9 -18 Oktober 2023”, ungkap Sekretaris Direktorat Pendidikan dan Pengajaran, Dr. Sigit Priyanta, S.Si., M.Kom. Untuk mahasiswa baru tahun 2023 ini, UGM menyediakan dan menawarkan 3 jenis Kartu Mahasiswa (KTM), yaitu KTM Elektronik (e-KTM), KTM Fisik Co-Branding BNI dan KTM Fisik Co-Branding Mandiri.
Mahasiswa baru bebas memilih menggunakan salah satu jenis KTM, KTM elektronik saja atau memilih dua-duanya, KTM Elektronik dan KTM Fisik. Untuk e-KTM memang fasilitas bagi seluruh mahasiswa baru angkatan 2023. Namun, mereka juga memiliki kesempatan bisa memiliki KTM Fisik. ”Untuk KTM fisik ini, kami bekerja sama dengan beberapa bank mitra, yang harapannya bisa memberikan fasilitas dan fungsi tambahan bagi para mahasiswa dan mempermudah mereka dalam melakukan transaksi keuangan”, imbuh Sigit.
Tercatat ada 5189 mahasiswa baru angkatan 2023 yang mengambil KTM Co Branding BNI. ”Kami sudah melakukan penjadwalan dan pengaturan pengambilan KTM selama 8 hari dari tanggal 9 – 18 Oktober 2023, sehingga proses pengambilan KTM tidak mengganggu waktu kuliah mahasiswa dan tidak terjadi tumpukan antrian yang panjang”, ungkap Sigit. Selain itu, ada 1256 mahasiswa baru angkatan 2023 yang memilih KTM Co-Branding Bank Mandiri. Untuk mahasiswa baru yang memilih KTM ini, pengambilan langsung dilayani di bank mitra, Bank Mandiri Cabang UGM di Jalan Kaliurang dan Bank Mandiri Cabang UGM yang berlokasi di FISIPOL UGM. Sebelum KTM diberikan, Direktorat Pendidikan dan Pengajaran UGM akan melakukan verifikasi data untuk mengkroscek kesesuaian data mahasiswa yang ada di UGM dengan data yang ada di bank.
Menurut Sigit, KTM Co-Branding ini dilengkapi dengan banyak fungsi dan fasilitas. Untuk fungsinya, KTM Co-Branding dilengkapi dengan ATM dan uang elektronik. Pilihannya ada pada mahasiswa sendiri, mau dilengkapi dengan ATM saja atau uang elektronik saja atau dua-duanya.
KTM Co-Branding ini juga dilengkapi dukungan teknologi keuangan dalam kemudahan pembayaran seperti NFC Contacless Payment, E-commerce atau internet payment, QRIS Payment, Mobile Banking, ATM Bersama, Prima dan Link yang semakin mempermudah mahasiswa melakukan transaksi keuangan termasuk mendukung penulisan terwujudnya Data Smart Card.
Selain itu, KTM Co-Branding juga terkoneksi dengan partner layanan keuangan seperti Visa/Mastercard dan GPN. Dapat juga digunakan untuk mendukung layanan kampus seperti Custom Branding KTM Berbasis Identitas Kampus, GMC, Perpustakaan, Parkir, Peminjaman Sepeda, Bus Kampus, atau masuk ke Laboratorium/Common Room yang ada di UGM, serta fasilitas pendukung perkuliahan lainnya seperti mencetak dengan printer mandiri.
KTM juga difasilitasi dengan dukungan ekosistem seperti pembayaran bus Transjogja, pembayaran tol atau pembayaran biaya parkir di fasilitas umum. Banyak keuntungan lainnya, KTM juga semakin bermanfaat karena dilengkapi dengan fasilitas promo seperti diskon di gerai makanan dan minuman, baik restoran atau cafe, tentu saja yang bekerja sama dengan mitra bank penerbit KTM. Untuk hiburan, KTM difasilitasi dengan diskon di merchant entertainment seperti bioskop dan atau sarana pertunjukan lainnya seperti pameran. Ada pula, diskon di mechant personal care, seperti salon, swalayan/supermarket, atau diskon di merchant edukasi seperti MOOC, Toko Buku dan sebagainya.
Yang menarik, pemilik KTM juga memiliki kesempatan mendapatkan beasiswa serta kesempatan memiliki alat TIK Pendukung belajar, termasuk kesempatan magang di Bank Mitra Penyedia KTM.
Handika Alviana Putra, mahasiswa Program Studi Fakultas Kehutanan angkatan 2023 ini mengaku senang sudah menerima KTM Fisik. Baginya KTM adalah tanda pengenal dirinya sebagai mahasiswa ”Jadi belum lengkap kalau belum punya KTM Fisik”, ungkapnya. Handika memilih KTM Fisik Co-branding BNI karena ingin mempermudah dirinya dalam melakukan transaksi keuangan. ”Kebetulan saya dari luar kota, jadi KTM Co-Branding ini membantu dan mempermudah saya melakukan transaksi keuangan dengan orang tua yang di luar kota. Ataupun untuk transaksi lainnya seperti melakukan pembayaran”, katanya. Menurut Handika, pengaturan jadwal dan pengambilan KTM saat ini cukup mudah karena dijadwalkan secara bertahap sehingga tidak menumpuk pada antrian panjang saat pengambilan KTM.
Wajah gembira juga terpancar dari raut Aurel, mahasiswa program studi Psikologi 2023 yang katanya sudah menunggu untuk bisa memiliki KTM Fisik ini. ”Saya senang sekali karena sudah menunggu cukup lama untuk bisa memiliki KTM Fisik”, ungkap mahasiswa bernama lengkap Gracia Daniar Aurelia ini. Sejak diterima sebagai mahasiswa UGM, lalu melakukan registrasi ulang, keluarga Aurel memang sudah menyarankan untuk membuat KTM Fisik Co-Branding ini untuk mempermudah keluarga melakukan transaksi keuangan. ”Inikan bisa untuk ATM juga ya, jadi mempermudah untuk transfer uang dan pembayaran”, lanjut Aurel.
Lain halnya dengan Wimala Sephastika, mahasiswa Program Studi Ilmu Farmasi angkatan 2023 ini lebih memilih KTM elektronik (e-KTM) yang dirasa lebih mudah digunakan terutama saat memerlukan dokumen yang mensyaratkan KTM. ”Saya belum memerlukan rekening tambahan, sehingga saya memilih membuat e-KTM saja” ungkapnya. (listi)