
Yogyakarta, 18 November 2025 – Kementerian Ketenagakerjaan bersama Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Diseminasi Program Pemagangan Nasional sekaligus Uji Publik Outlook Ketenagakerjaan 2026 di Auditorium FKKMK UGM. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan dunia kerja.
Dalam sambutannya, Dr. Mohammad Mustafa Sarinanto, M.Eng., Kepala Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan, menekankan pentingnya pemanfaatan fenomena bonus demografi Indonesia, di mana 70% populasi berada pada usia produktif. Disampaikan Mustafa, pendidikan dan pelatihan kerja menjadi kunci pemanfaatan fenomena ini untuk menyiapkan tenaga kerja terampil dalam mendukung Indonesia menjadi negara maju di 2045.
”Program Pemagangan Nasional menjadi salah satu strategi utama pemerintah dalam menjembatani kesenjangan kompetensi tenaga kerja”, terangnya. Program ini telah melibatkan 20.000 peserta pada batch pertama. Sementara pada batch kedua, pesertanya mencapai 80.000 orang.
Lewat program ini, para peserta magang memperoleh pengalaman kerja langsung di lapangan dengan kompensasi setara Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Di sisi lain, perusahaan mendapatkan manfaat berupa efisiensi biaya pelatihan, akses ke talenta muda berkualitas, serta sarana pra-rekrutmen yang efektif.

Lebih lanjut, menurut Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. Dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed., Ph.D dalam sambutannya, bahwa program magang yang dirancang untuk alumni baru ini merupakan jembatan yang menghubungkan dunia akademis dengan dunia profesional. ”Untuk itu, agar program magang ini efektif, ia harus memiliki karakteristik tertentu”, jelas Gandes.
Karakteristik tersebut diantaranya adalah harus berorientasi pada transisi, untuk mempercepat adaptasi alumni baru dengan budaya perusahaan, sistem kerja, dan jaringan kolega.
Diterangkan Gandes, bahwa program magang juga harus menjadi potensi menyerap peserta magang yang potensial sebagai karyawan setelah program berakhir. Dengan struktur program yang terarah, peserta ditempatkan di posisi yang benar-benar dibutuhkan perusahaan, dengan tanggung jawab yang riil, bukan sekadar tugas administratif atau proyek sampingan. Gandes menegaskan bahwa dengan adanya durasi dan struktur program yang jelas akan memberikan pengalaman bermakna.
Selain itu, karakteristik magang yang efektif juga harus memuat unsur Mentorship dan Coaching yang aktif. ”Peran mentor dalam membimbing, memberikan umpan balik (feedback) yang konstruktif dan rutin, serta membantu mereka membangun jaringan internal sangat diperlukan”, jelasnya.
Karakateristik efektivitas magang lainnya menurut Gandes, perlunya eksposur peserta magang ke berbagai divisi atau bagian agar para peserta magang ini memahami proses bisnis secara holistik. Dan tentunya, adanya dukungan dan kompensasi yang layak.

Pada kesempatakan yang sama dipaparkan pula outlook ketenagakerjaan oleh Pusat Perencanaan Ketenagakerjaan, Kemeneterian Ketenagakerjaan RI, Rini Nurhayati, S.E., M.T., yang menyoroti sejumlah isu strategis, diantaranya hilirisasi industri sebagai mesin pencipta kerja dengan investasi Rp 942,9 triliun pada semester 1 tahun 2025 yang menyerap 1,25 juta tenaga kerja. Lalu rencana program Transisi Hijau menuju net zero emission 2060, di mana program ini memproyeksikan membuka 3,88 juta green jobs pada 2026.
Outlook ketenagakerjaan juga menyoroti adanya krisis SDM pada sektor ketahanan pangan yang ditandai dengan dominasi petani berusia lanjut dan rendahnya minat generasi muda pada sektor ini. Skill gap nasional juga menjadi isu yang diteropong, di mana 30% pengusaha kesulitan menemukan kandidat dengan keterampilan sesuai kebutuhan industri.
Dalam paparannya, Rini Nurhayati menjelaskan beberapa rekomendasi strategis untuk menjawab tantangan tersebut seperti peningkatan kualitas pendidikan vokasi, reskilling dan upskilling tenaga kerja. Selain itu, perlu juga melakukan integrasi soft skills, literasi digital, dan penguasaan bahasa asing dalam kurikulum vokasi.
Diusulkan pula kolaborasi erat antara dunia pendidikan, industri, dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang produktif. Serta, pemerataan kesempatan kerja antarwilayah melalui insentif investasi di luar Jawa.

Diseminasi juga menghadirkan panelis, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Jovita Angela, S.Si., M.Sc., yang menyoroti tantangan dan mengkritisi proyeksi ketenagakerjaan. Jovita memberikan rekomendasi penyelarasan pendidikan dan industri dalam konteks magang. Termasuk membeberkan klasifikasi Pekerjaan Hijau dan Dream Job sebagai panduan dalam perencanaan karir.
Panelis lainnya, Hakimul Ikhwan, S.Sos., M.A., Ph.D., dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM meneropong pentingnya perspektif sosial dan kultural dalam memandang program magang ketenagakerjaan ini. Ia merekomendasikan pendekatan berbasis jaringan sosial dan kekeluargaan yang diniliai sangat penting dalam mengatasi tantangan ketenagakerjaan di Indonesia, mengingat migrasi tenaga kerja sering dipengaruhi oleh faktor sosial dan keluarga.
Acara berlangsung meriah dengan diskusi interaktif yang mengemuka. Diseminasi ini menegaskan komitmen bersama untuk memperkuat ekosistem ketenagakerjaan Indonesia melalui program pemagangan yang terstruktur, partisipatif, dan berbasis data.
Diharapkan, dengan dukungan seluruh pihak, Indonesia mampu memanfaatkan bonus demografi untuk memperkuat daya saing tenaga kerja, dan mewujudkan visi sebagai negara maju pada 2045.
Penulis: B. Diah Listianingsih
