Sudah punya akun Linkedin? Demikian pertanyaan pembuka yang dilontarkan Irvandias Sanjaya, Career Consultant dan Certified Coach Practitioner saat menyampaikan materinya dalam pelatihan bertajuk Linkedin Training: Unlocking & Power Up Your Professional Profile selama 3 hari secara daring pada 13 Juli, 19 Juli lalu dan 16 Agustus 2024, mendatang. Training terbuka bagi seluruh mahasiswa UGM, mulai dari jenjang sarjana terapan, sarjana, magister hingga doktor yang ingin meningkatkan personal branding di dunia digital.
”UGM terus mendorong para mahasiswa untuk melek teknologi”, ungkap Bondan Wijanarko, SIP., M.Si., Koordinator Pembelajaran Lintas Disiplin Direktorat Pendidikan dan Pengajaran saat dikonfirmasi terkait program pelatihan tersebut. Menurut Bondan, di era 4.0, mahasiswa dituntut memiliki pemahaman dan kemampuan teknologi informasi di semua bidang. ”Apalagi persaingan di Dunia Usaha dan Dunia Industri yang semakin ketat, mahasiswa harus memiliki nilai jual dan profesionalisme yang unggul”, katanya. Salah satu yang diangkat UGM yaitu Linkedln, dipandang mampu mendukung nilai jual dan pengembangan diri mahasiswa secara profesional.
Uniknya, Irvandias Sanjaya, mentor dalam training ini selalu mengawali pelatihan dengan melempar pertanyaan terlebih dahulu kepada para peserta. Ada tiga pertanyaan yang dilontarkan narasumber antara lain, apakah sudah memiliki Liknedin? Apa yang muncul dipikiran peserta saat mendengar Linkedin? Dan yang ketiga, seberapa percayadirikah dengan Linkedin yang dimiliki?
Dari 201 peserta training pada sesi 2, tercatat 76 sudah memiliki Linkedin. Dalam paparannya, Irvandias Sanjaya menyebut Linkedin dipandang perlu digunakan sebagai salah satu platform dalam mendukung nilai jual dan profesionalisme. Diantaranya karena Linkedin sering digunakan sebagai rujukan utama mencari pekerjaan dan karir.
”Tidak bisa dipungkiri, kita hidup di dunia era digital, di mana media sosial nanti akan selalu menjadi satu kesatuan di seluruh aspek kehidupan”, katanya. Irvandias menggambarkan, dulu jaman orang tua kita mencari kerja, tahu ada lowongan pekerjaan dari website atau job fair, tapi sekarang semua orang bisa mencari kerja melalui media sosial. ”Nah, sosial media bisa menjadi ajang untuk menjual siapa diri kita dan pengalaman kita”, terangnya. Itulah kenapa menurut Irvandias, perlunya kehati-hatian dalam membuat postingan di sosial media.
Menurut Konsultan Karir Alumni Fakultas Psikologi UGM ini, Linkedin dipercaya memiliki peran yang sangat vital sebagai platform untuk mencari kerja dan mencapai karir yang ingin dituju. Bahkan banyak juga yang menggunakan linkedin untuk membangun jejak profesionalisme. ”ini bisa jadi jembatan sampai mendapat panggilan kerja”, tegasnya.
Sepakat dengan pendapat Jill Rowley, GTM Advisor dari Guild Education Social Selling Evangelist bahwa linkedin adalah digital reputation yang berarti reputasi kita sebagai individu akan tercermin dari tampilan profil yang ada di sana. ”Linkedin ini bisa dibilang cara baru atau dunia baru untuk bisa melakukan personal branding, bahkan mendapatkan mendapatkan keuntungan (uang) di masa datang’, ungkap Irvandian.
Irvandian Sanjaya mengarisbawahi poin-poin penting alasan perlunya menggunakan Linkedin. Ada 3 hal penting berdasarkan hasil survei. Dari 10 perusahaan, HRD dari 9 perusahaan mencari karyawan melalui Linkedin untuk memeriksa latar belakang kandidat secara menyeluruh dalam proses seleksi para kandidat. Irvandian juga menjelaskan ada 25 juta pencari kerja yang memantau Linkedin setiap minggunya untuk mencari lowongan pekerjaan. Selain itu, ada 87% rekruitmen menggunakan linkedin sebagai ajang untuk skrining kandidat terutama untuk usia di bawah empat puluh lima tahun.
Karena itu, menurut Irvandias Sanjaya, Linkedin dipercaya sebagai bentuk investasi terbaik dengan biaya yang paling murah sebagai platform untuk melakukan personal branding. Ia mencontohkan pengalamanya membuat linkedin pertama kali. ”Waktu itu saya membuat Linkedin di perpustakaan UGM dengan menggunakan free internet. Dan 6 tahun kemudian, banyak yang melihat kapasitas saya sebagai seorang profesional dari Linkedin, dan ini yang memantik banyak tawaran yang menghasilkan berlipat-lipat”, ungkapnya.
Meskipun diselenggarakan secara online, antusiasme peserta tetap tinggi, terbukti dari interaksi antara pembicara dengan para peserta yang dengan sigap menjawab pertanyaan narasumber dalam memaparkan materi. Termasuk diskusi yang mengalir dan pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari para peserta.
Syafira Syahda Nirmala, salah satu peserta dari Prodi Elektronik dan Instrumentasi, Fakultas MIPA yang baru saja menyelesaikan sidang dan tengah berproses menuju yudisium ini mengaku bahwa training ini sangat bermanfaat untuk dirinya yang sedang mempersiapkan diri mencari lowongan pekerjaan.
Peserta lainnya, Andhika Wisnu, mahasiswa Fakultas Geografi yang merasa ragu-ragu untuk mengisi profil linkedinnya dengan pengalaman organisasi, lantaran belum pernah mengikuti magang. ”Sebelumnya saya sudah pernah memiliki pengalaman organisasi, tetapi hanya sebatas sebagai relawan dan asisten pratikum. Saya ragu-ragu apakah ini bisa dimasukan ke profil Linkedin”, akunya. Andhika menanyakan pengalaman organisasi apa saja yang bisa ditulis di profil Linkedin?
”Nah, ini ke depan penting banget buat teman-teman untuk tahu bagaimana cara mengisi profil Linkedin masing-masing” terang Irvandias menutup sesi training. Termasuk memilih foto profil, mendesain header, juga informasi apa saja yang perlu dicantumkan di profil agar menarik.
”Masih ada satu sesi training lagi di tanggal 16 Agustus 2024”, ungkap Bondan. ”Saya berharap para mahasiswa antusias untuk menambah wawasan membangun personal branding secara digital ini”, pungkasnya.
Penulis: B. Diah Listianingsih.