Lika-liku perjuangannya memperoleh beasiswa PMDSU (Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul) membuahkan hasil saat namanya dipanggil sebagai wisudawan terbaik dengan IPK 4.00 dan mewakili para wisuda lainnya memberikan sambutan dalam Wisuda Program Pascasarjana periode II TA 2023/2024 lalu (24/1) di Grha Sabha Pramana. Firdausi Nur Azizah, berkisah tentang awal mula dirinya memperoleh beasiswa PMDSU dan berhasil lulus dengan hasil gemilang.
Azizah mengenal program PMDSU pertama kali tahun 2017. Saat itu, sedang dibuka pendaftaran PMDSU Batch III. Ia baru saja lulus program sarjana dan berencana untuk melanjutkan studi S2. Namun sayang, rencananya untuk melanjutkan studi dengan beasiswa PMDSU urung karena belum adanya promotor dari Program Studi Ilmu Tanah pada beasiswa ini, sehingga Azizah tidak bisa mendaftar. Setelah itu, ia justru memutuskan bekerja di salah satu perusahan swasta bidang pertanian sembari terus berburu beasiswa. Tahun berikutnya, 2018 ia kembali berencana mendaftar beasiswa PMDSU, namun gagal juga. ”Saat itu, pendaftaran PMDSU Batch IV, saya kembali cek informasinya dan ternyata belum juga ada promotor dari program studi saya, sehingga tidak bisa mendaftar”, keluhnya.
Tak patah arang, tahun 2019, saat pendaftaran Batch V dibuka, Azizah memberanikan diri berdiskusi dengan dosen pembimbing skripsinya saat di program sarjana terkait beasiswa PMDSU ini. Dosen pembimbing tersebut pun setuju untuk mendaftarkan diri sebagai tim promotor dan menjadi promotor pertama Program Studi Ilmu Tanah. ”Akhirnya, tahun 2019 menjadi tahun pertama tersedia promotor Program Studi Tanah. Saat itu, cukup banyak mahasiwa Program Studi Ilmu Tanah yang tertarik untuk mendaftar PMDSU Batch V, begitu pula dengan saya”, ungkapnya lega. Tanpa banyak bertanya, Azizah menyiapkan semua pemberkasan dan persyaratan yang diperlukan disela-sela ia bekerja. ”Alhamdulillah tahun 2019 menjadi tahun saya untuk bisa join sebagai awardee PMDSU Batch V di Departemen Tanah UGM”, kenang Azizah dengan penuh haru.
Selama program PMDSU, pada tahun pertama, setahun penuh Azizah memfokuskan diri pada program Magister karena adanya persyaratan IPK yang harus dicapai untuk bisa lanjut ke Program Doktor. Disela-sela kuliah, ia membantu promotor mengerjakan projek penelitian terkait dengan bidang ilmu yang digelutinya, sembari menyusun research plan untuk penelitian S3 yang diidam-idamkan. Pada tahun kedua PMDSU, setelah lolos lanjut ke program Doktor, Azizah tak mau berlama-lama, ia langsung mengajukan proposal untuk penelitian disertasi. Hasilnya pada semester pertama, ia mengikuti kuliah sambil melakukan penelitian.
Tahun pertama dan kedua saat menempuh program doktor, kegiatannya tak pernah lepas dari lahan atau lapangan sebagai laboratorium penelitian. Azizah menempa dirinya dari pagi sampai malam, dan dari Senin sampai Senin lagi bergulat di laboratorium. Lalu, pada tahun ketiga, selain fokus menyelesaikan penelitian, Aziah juga juga sudah mulai menulis untuk publikasi. ”PMDSU memiliki persyaratan harus lulus 2 publikasi internasional sekaligus mengkuti kegiatan PKPI (Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional) ke Jepang selama 6 bulan untuk menyelesaikan penelitian akhir dan finalisasi manuskrip untuk publikasi dan disertasi”, terangnya.
Kerja keras Azizah bukan tanpa rintangan, Ia memulai program PMDSU pada tahun 2019, di mana satu tahun berikutnya, tahun 2020 terjadi pandemi covid-19 sehingga kegiatan perkuliahannya sempat terkendala oleh dampak covid-19. ”Penelitian saya mengharuskan ada di lapangan dan laboratorium yang melibatkan banyak orang dan beberapa kegiatan penelitian dilakukan di luar kota, sedangkan selama masa pandemi ada aturan social distancing yang pasti sangat berdampak pada proses penelitian” kenang Azizah. Ada beberapa kegiatan penelitian yang skemannya harus diubah karena pembatasan saat pandemi. Dan ini berdampak pada jadwal penelitiannya di Jepang yang mundur satu tahun dan berdampak pada fokus perhatiannya, yang seharusnya digunakan untuk menulis, namun justru masih harus menyelesaikan penelitian di Jepang.
Bagi Azizah, strategi utama dan terpenting selama studi adalah manajemen waktu, emosi dan kesehatan karena keterbatasan waktu studi namun disatu sisi harus bergelut dengan tanggung jawab yang besar. Untuk lulus tepat waktu, Azizah selalu menentukan target jangka panjang untuk 4 tahun studi, maupun target jangka pendek mengikuti skema penelitian yang dirancangnya. Target-target tersebut tak lepas juga dari revisi dan improvisasi di setiap semester karena mempertimbangkan situasi dan kondisi dampak pendemi covid-19 pada saat itu.
Selain manajemen waktu, Azizah juga aktif berdiskusi dengan promotor dan co-promotor disetiap proses, progress masalah maupun hasil dari studinya. Beasiswa PMDSU di UGM mensyaratkan IPK 3.75 untuk bisa lolos dari S2 ke S3, sehingga tahun pertama PMDSU (S2), ia fokus untuk mengikuti kuliah dan kegiatan yang menunjang pengembangan ilmu bidang penelitiannya, salah satunya dengan cara membantu proyek promotor disela-sela perkuliahan atau saat weekend. Sejak semester satu, Azizah juga sudah menyiapkan research plan untuk persiapan S3, sehingga setelah lolos S3 bisa langsung mulai penelitian.
Kemudian, setelah dinyatakan lolos ke jenjang S3, pada semester pertama yang harusnya full teori di kelas, ia sudah mulai melakukan penelitian untuk disertasi, mengingat keterbatasan waktu, hanya 3 tahun dan dengan skema penelitian yang cukup panjang dan saling berkesinambungan hasilnya, sehingga harus dilakukan secara berurutan. Tahun pertama dan kedua, Azizah meluangkan waktu penuh untuk melakukan penelitian, analisis data dan studi literatur, kemudian di tahun ketiga, ia mulai fokus pada persiapan publikasi dan disertasi karena sebagai mahasiswa PMDSU diharuskan memenuhi kewajiban dua publikasi internasional.
Azizah sudah bergulat di bidang ilmu tanah sejak 2017, saat ia menempuh pendidikan sarjana. Sejak sepuluh tahun tersebut karena keilmuannya, Azizah menyandang gelar Soil Scientist. Ilmu tanah sangat menarik bagi Azizah. Menurutnya, Ilmu Tanah sendiri yang termasuk dalam salah satu program studi di Fakultas Pertanian adalah bidang ilmu yang mempelajari tidak hanya tanah sebagai media tanam dalam dunia pertanian, tetapi juga sebagai sumberdaya lahan. ”Kami mempelajari berbagai tanah dari asal mula terbentuknya, karakterisasi, pemanfaatan, permasalahan hingga pengelolaannya sesuai dengan kapasitasnya sehingga bisa sustainable untuk menunjang semua kebutuhan dan kegiatan manusia di bumi ini yang tak lepas dari tanah mulai dari sandang, pangan, papan hingga energi”, ungkap dosen UGM ini dengan penuh semangat.
Bagi Azizah, inilah yang menarik dari ilmu tanah, suatu bidang ilmu yang sangat kompleks karena bersinggungan dengan ilmu lain seperti kimia-fisika-biologi tanah, kesuburan-kesehatan tanah, pengelolaan air dan tanah, konservasi dan reklamasi lahan, pemetaan lahan, hidrologi-klimatologi, dan lain sebagainnya yang bisa mencakup dan terkoneksi dengan berbagai bidang ilmu lain. ”Ini sangat menantang, karena itu cakupan peluang kerja juga sangat luas dari pertanian, perkebunan, pertambangan, dan lain-lain” imbuhnya.
Azizah yang kini aktif mengajar di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UGM ingin terus berkarya menjadi pengajar, peneliti dan melakukan pengabdian. ”Sejak masih dibangku sekolah, saya sudah terbiasa mengajar anak-anak kecil di sekeliling rumah saya. Lalu, saat menjadi mahasiswa sarjana, saya sangat tertarik dengan kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh para dosen, dan paling semangat untuk mengikuti kegiatan penelitian baik di labaratorium dan lapangan”, ungkapnya. Ditambah, pengalamannya mengikuti magang dan research student di Jepang, membuat Azizah begitu tertarik pada dunia penelitian yang membuat ingin terus menjadi peneliti di bidang ilmu tanah.
Penulis: B. Diah Listianingsih