Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) – SNBT 2025 sudah berlangsung hampir sepekan, diikuti oleh 20.615 orang dari berbagai daerah di Indonesia, sejak 23 April 2025 lalu di Pusat UTBK UGM dan meninggalkan pengalaman serta cerita berkesan bagi para pesertanya.
Ghea Shelomita Murafer, salah satunya. Peserta UTBK asal Papua ini bahkan sudah sejak Januari 2025 datang ke Yogyakarta demi mempersiapkan tekadnya untuk mengikuti tes UTBK-SNBT di UGM. ”Sudah sejak Januari 2025 di Yogyakarta. Ya, karena di daerah semua sudah pernah dicoba. Jadi ini jauh-jauh karena sudah diniatkan untuk mencoba tes UTBK di Yogyakarta”, ungkapnya.
Kegagalan pada UTBK tahun lalu, tidak menyurutkan Ghea untuk berlaga kembali di UTBK-SNBT 2025. Selama di Yogyakarta, ia tekun mempersiapkan UTBK dengan mengikuti les di bimbingan belajar dan tidak berhenti untuk berlatih mengerjakan soal-soal secara online. Ghe memilih jurusan Farmasi UGM sebagai pilihan pertama, karena memang suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan.
Pengalamannya mengikuti UTBK-SNBT di Yogyakarta memberinya kesan tersendiri buat Ghe. ”Saya senang sih, pelaksanaan UTBK di UGM lancar, fasilitas lengkap, sangat memadai. Tempatnya sangat nyaman. Petugasnya juga bagus, semua instruksi disampaikan dengan jelas, mulai dari instruksi masuk, semua ditunjukkan dengan terperinci”, terangnya.
Sama halnya dengan Ghea yang tak surut semangatnya untuk mengikuti UTBK-SNBT 2025. Krespo Bunga, asal Nusa Tenggara Timur, peserta UTBK yang lulus tahun 2024 ini juga tak kalah semangatnya untuk berjuang di laga UTBK – SNBT 2025. Krespo bahkan sejak September 2024 sudah bertandang ke Yogyakarta demi mempersiapkan diri untuk mengikuti UTBK-SNBT 2025 di Pusat UTBK UGM.
”Saya ingin mempersiapkan UTBK-SNBT dengan matang, supaya hasilnya sesuai dengan harapan”, terangnya. Kecintaan pada dunia filosafi, mengukuhkan niat Risto untuk mengambil Jurusan Filsafat, di Fakultas Filsafat UGM. ”Kebetulan memang suka belajar filosofi gitu”, ungkapnya.
Untuk mempersiapkan UTBK, Risto banyak belajar secara mandiri, mengerjakan soal-soal tes melalui berbagai platform media-media online seperi Instagram, Youtube maupun Tiktok. Kegagalannya pada UTKB-SNBT tahun sebelumnya juga tidak menyurutkan semangat Risto untuk mencoba kembali mengikuti tes UTBK. ”Karena saya pikir, kalau masih bisa mencoba, kenapa diam?”, ungkapnya. Dan ini jadi motivasi saya untuk mencoba lagi.
Pengalamannya mengikuti UTBK di Pusat UTBK UGM menurut Risto sangat berkesan. ”Saya senang, karena tempat tes nyaman, dingin, jaringan internet juga lancar, selain itu petugas sangat membantu dalam mengarahkan para peserta mengikuti prosedur tes”, tutur peserta tes UTBK yang berencana pulang ke NTT Juli mendatang, menunggu hasil pengumuman UTBK – SNBT.
Pengalaman mengikuti UTBK pertama kali, dirasakan oleh Monica Zarra Renata, peserta asal SMA Negeri 2 Wonosari ini. Berangkat dari rumah sekitar pukul 09.30 dari Wonosari, karena kebetulan ia mendapat jadwal tes sesi siang pukul 12.30. Monic memerlukan waktu kurang lebih 1 jam menggunakan motor. Melaju menggunakan motor dengan diantar ayah, Monic menembus lalu lintas yang cukup lancar menuju UGM.
”Sampai di UGM, dan masuk lokasi tes, ternyata ruangannya sangat nyaman meskipun posisi layar komputer terlalu rendah untuk saya, jadi tengkuk saya pegal”, kenangnya. Jaringan internet kemarin lancar dan bagus. Petugas ramah dan sangat membantu peserta tes”, ungkap Monic.
”Saat mengerjakan tes UTBK kemarin itu betul-betul menguji kemampuan saya ya, apalagi untuk mata uji kuantitatif dan matematika, saya coba berpikir keras dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjawab. Tentu saja, saya berharap dapat memperoleh hasil yang memuaskan”, kenangnya.
Selama duduk di bangku sekolah menengah, Monic memang sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti UTBK. Berbagai persiapan belajar juga sudah ia lakukan ”Saya belajar sendiri secara online dan terkadang belajar dengan teman-teman”, ungkap peserta Tes UTBK yang memilih program studi Antropologi UGM sebagai pilihan pertama ini.
Menurut Monic, ia tertarik memilih program studi Antropologi Budaya karena sangat sesuai dengan minat dan cita-cita sebagai peneliti budaya. ”Ini juga selaras dengan hobi saya di bidang fotografi yang selama ini banyak fokus pada fotografi budaya dan beberapa sudah memenangkan kompetisi kejuaraan fotografi”, ungkap Monic.
Penulis: B. Diah Listianingsih